Jumat Berdarah di Suriah Telan Puluhan Korban Jiwa
22 April 2011Penembak jitu menewaskan sedikitnya tiga orang pelayat dan melukai tiga lainnya di Douma hari Sabtu (23/4). Serangkaian pemakaman tengah berlangsung bagi para pengunjuk rasa yang tewas sehari sebelumnya. Penembak jitu membuka tembakan ke arah puluhan ribu pelayat saat berjalan dari masjid menuju area pemakaman.
Langkah kompromi yang ditawarkan Presiden Suriah Bashar Assad berupa pencabutan Undang-undang darurat perang yang telah berlaku sejak nyaris 50 tahun lalu, semakin membakar amarah pendudul. Hari Jumat (22/4) belasan ribu orang di seluruh penjuru negeri kembali menggelar aksi turun ke jalan. Mereka menuntut pengunduran diri Assad dan berakhirnya monopoli kekuasaan Partai Baath.'
Aksi protes melawan pemerintah berlangsung di berbagai kota di Suriah. Aparat keamanan dilaporkan menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan para demonstran. Hingga berita ini diturunkan sudah sedikitnya 88 orang tewas terbunuh.
Sebagian besar dari 18 korban jiwa di kota Asra tewas ditembak aparat keamanan yang berjaga-jaga di atap rumah. Sementara di Damasukus, sejumlah pegiat HAM melaporkan sedikitnya tujuh orang tewas. Puluhan demonstran juga dikabarkan mengalami luka-luka, sebagian dalam kondisi kritis.
"Hari Penghisaban"
Di kota Homs tim dokter yang bertugas bahkan sampai harus mendirikan tenda darurat di tengah kota lantaran banyaknya korban luka, kata seorang saksi mata kepada stasiun BBC. Media-media pemerintah melaporkan penembak jitu itu sebagai "sekelompok orang bersenjata yang tidak dikenal."
Pakar Suriah di Universitas Oklahoma, Joshua Landis, menyebut hari Jumat (22/4) sebagai hari bersejarah. Kelompok oposisi berupaya memobilisasi sebanyak mungkin penduduk. "Mereka telah bertekad bulat untuk menjatuhkan rejim Assad," katanya.
Di sisi lain sang Presiden telah menegaskan, dengan berbagai langkah reformasi yang ditawarkan pemerintah, ia tidak melihat adanya alasan lagi buat penduduk untuk berdemonstrasi. Bagi Landis, pernyataannya itu hanya membakar semangat oposisi untuk menjadikan hari Jumat ini sebagai hari "penghisaban" buat rejim Assad.
Oposisi Tuntut Pembubaran Aparat Keamanan
Gelombang protes di Suriah bermula pertengahan Maret lalu. Hingga kini diperkirakan sudah lebih dari 200 orang yang tewas di tangan aparat keamanan. Aksi tersebut sempat memaksa Presiden Assad membubarkan kabinetnya awal April lalu, namun setelahnyapun gerakan protes penduduk terus berlangsung.
Pemerintah Suriah kini memang membuka kesempatan berdemonstrasi secara damai kepada penduduk. Namun untuk itu diperlukan izin dari Kementrian Dalam Negeri. Sebelumnya undang-undang tersebut menjadi landasan hukum bagi penangkapan dan segala bentuk tindakan represial terhadap kelompok oposisi.
Dalam pernyataan bersama kelompok oposisi Suriah mendesak pembebasan tahanan-tahanan politik. Aparat keamanan dalam bentuknya seperti sekarang ini harus dibubarkan dan diganti dengan institusi baru yang terikat kepada hukum dan konstitusi.'
Eropa Mengutuk "Pertumpahan Darah" di Suriah
Perancis bereaksi keras atas perkembangan terakhir di Suriah. Kementrian Luar Negeri di Paris mendesak pemerintah Suriah agar menghentikan penggunaan kekerasan terhadap para Demonstran.
Presiden Parlemen Eropa, Jerzy Buzek mengutuk "pembunuhan" terhadap lebih dari 80 demonstran dan mendesak pemerintah di Damaskus untuk membebaskan semua tahanan politik.
Menurutnya, eskalasi kekerasan terhadap demonstrasi damai di negeri itu "tidak bisa diterima," kata Buzek. "Pertumpahan darah harus segera dihentikan. Ini adalah tanggungjawab utama pemerintah," tukasnya.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyebut aksi kekerasan pemerintah Suriah sebagai berlebihan. Nada keras juga datang dari Sekjen PBB, Ban Ki Moon.
rn/ek//rtr/dpa/afp