Oposisi Suriah Teruskan Demonstrasi
21 April 2011Rejim Suriah tidak dapat berharap bahwa aksi protes segera berakhir setelah status keadaan darurat, yang telah berlangsung sekitar 50 tahun, dihapuskan. Rasa tidak percaya pada oposisi terlalu besar. Para demonstran menuntut lebih banyak dari sekedar langkah yang diumumkan Selasa (19/04) lalu. Seorang pemimpin perlawanan, bekas hakim Haitham Maleh yang berusia 80 tahun menganggap pencabutan status keadaan darurat sebagi omongan yang belum terbukti.
Ia berkata, "Kalau pembunuhan diakhiri, orang mungkin bisa percaya, bahwa ada upaya serius untuk melaksanakan reformasi. Tetapi jika pagi hari pemerintah menjanjikan reformasi, tetapi malam harinya kami mendengar berita tentang rakyat yang mati, itu bukan janji reformasi.“
Undang-undang keadaan darurat memungkinkan pemerintah mengadakan penangkapan tanpa memberikan alasan. Hanya beberapa jam setelah status keadaan darurat dicabut, Mahmoud Issa, pengkritik rejim yang terkenal, ditangkap dinas rahasia di rumahnya di Homs, karena memberikan wawancara televisi. Demikian keterangan dari kalangan oposisi.
Tidak Berbeda
Sebagai ganti undang-undang keadaan darurat, yang mengabaikan hak-hak rakyat, sebuah undang-undang anti teror akan diberlakukan. Tujuannya sama, hanya namanya saja yang berbeda, demikian tuduhan oposisi. Menurut undang-undang baru demonstrasi boleh diadakan, tetapi harus meminta ijin terlebih dahulu.
Itu bukan cara yang baik untuk meredakan kemarahan rakyat, demikian dikatakan pakar Timur Tengah Lamis Andoni. Ia menambahkan, demonstran menuntut kebebasan dan akhir penekanan oleh pemerintah. Rakyat menuntut agar dinas rahasia tidak lagi mengganggu hidup mereka.
Tuntut Kebebasan
Aksi protes di Suriah akan terus berlangsung, seperti Selasa malam lalu (19/04) di Banias. Para penentang pemerintah terutama menuntut agar partai-partai lainnya juga diijinkan, bukan hanya Partai Baath yang memerintah. Mereka juga menuntut kebebasan untuk bermusyawarah dan bermufakat, juga pembebasan ribuan tahanan politik yang ditangkap berdasarkan undang-undang keadaan darurat.
Marwan Kabalan, pakar dari Universitas Damaskus mengatakan, "Jurang pemisah antara pemerintah dan oposisi dalam. Banyak yang sudah dijanjikan, tetapi tidak dipenuhi. Oleh sebab itu aksi protes akan terus berlanjut. Rakyat masih menunggu pemerintah mengambil langkah reformasi yang benar.“
Tidak Menyerah
Satu hal tampaknya tidak mungkin, yaitu bahwa rejim Suriah menyerahkan kekuasaan tanpa mengambil tindakan. Sementara oposisi bukan gerakan yang bersatu sepenuhnya dan terorganisir baik. Sebagian besar dari 23 juta rakyat Suriah dilahirkan setelah undang-undang keadaan darurat berlaku. Mereka tidak mengenal negara yang bebas dari represi.
Perasaan takut terhadap perubahan, terhadap masa depan yang tidak jelas, menyebabkan banyak orang Suriah enggan berdemonstrasi. Ketergantungan selama puluhan tahun serta aparat negara dan keamanan yang berkuasa penuh, memberikan dukungan bagi Presiden Bashar al Assad untuk terus mengekang rakyatnya.
Ulrich Leidholdt / Marjory Linardy
Editor: Christa Saloh