Awal 2021 Indonesia Dihantui Bencana Alam
18 Januari 2021Belum genap tiga pekan pertama memasuki tahun 2021, Indonesia dilanda berbagai peristiwa bencana alam di beberapa wilayah yang merenggut ratusan korban jiwa. Bencana alam tersebut terjadi di tengah Indonesia bergulat dengan kasus COVID-19 yang jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Selain bencana alam Indonesia dirundung peristiwa tragis berupa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta – Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Sederetan bencana alam yang terjadi mulai dari longsor, gempa bumi, hingga erupsi gunung api.
Longsor di Sumedang, Jawa Barat
Tanggal 9 Januari longsor terjadi di Desa Cihanjuang, Kec. Cimanggung, Kab. Sumedang, Jawa Barat. Longsor terjadi dua kali, di mana longsor pertama terjadi pada pukul 16.00 WIB dan longsor susulan terjadi pada pukul 19.00 WIB.
Longsor terjadi karena tingginya intensitas hujan di wilayah tersebut, sehingga membuat kondisi tanah tidak stabil. Berdasarkan data Badan SAR Nasional (Basarnas), sedikitnya 40 orang meninggal dunia dalam peristiwa ini. Sebanyak 1.020 warga terpaksa mengungsi ke sejumlah pos pengungsian dan rumah kerabat.
Banjir di Kalimantan Selatan
Curah hujan tinggi menyebabkan sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan terendam banjir dengan ketinggian 2 – 3 meter. Adapun wilayah yang mengalami banjir antara lain Kab. Banjar, Kab. Tanah Laut, Kab. Hulu Sunga Tengah, dan Kab. Tabalong. Berdasarkan data BASARNAS, tiga orang dilaporkan meninggal dunia dan nyaris 44 ribu orang harus mengungsi dalam bencana banjir yang melanda sejak 12 Januari lalu.
Dalam pernyataannya pada Minggu (17/01), Greenpeace Indonesia menyebut selain tingginya curah hujan, faktor kepentingan lahan industri seperti pembukaan lahan kelapa sawit dan deforestasi akibat proses pertambangan menjadi penyebab utama terjadinya banjir di Kalimantan Selatan.
“Tingginya curah hujan masih dijunjung sebagai faktor. Padahal, laju krisis iklim yang terus diperparah oleh ketimpangan lingkungan hidup atas kepentingan lahan industri menjadi penyebab utama,” bunyi pernyataan Greenpeace tersebut.
Presiden Joko Widodo meninjau langsung lokasi banjir di Kalimantan Selatan Senin (18/01) siang, tepatnya di Desa Pekauman Ulu, Kab. Banjar. Dalam kesempatan ini, Jokowi menginstruksikan jajarannya untuk segera memperbaiki insfrasturktur yang rusak dan menangani para pengungsi dengan baik.
“Saya hanya ingin memastikan ke lapangan, yang pertama mengenai kerusakan infrastruktur yang memang terjadi ada beberapa jembatan yang runtuh…Yang kedua hal yang berkaitan dengan evakuasi, saya meihat di lapangan tertangani dengan baik, dan yang ketiga yang berkaitan dengan logistik untuk pengungsi itu yang penting karena hampir 20 ribu masyarakat berada di dalam pengungsian,” ujar Jokowi.
Gempa Bumi di Majene, Sulawesi Barat
Jumat (15/01) dini hari gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat. Sedikitnya 84 orang meninggal dunia dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka dalam peristiwa ini. Selain itu, lebih dari 30 ribu warga dilaporkan mengungsi.
Berbagai infrastruktur vital rusak diguncang gempa, termasuk kantor Gubernur Sulawesi Barat, yang berlokasi di Mamuju. Jaringan komunikasi dan aliran listrik di wilayah terdampak gempa yakni di Kab. Majene dan Kab. Mamuju sempat terputus, namun kini telah berangsur normal.
Sebelumnya, dalam pernyataan tertulis yang diterima DW Indonesia, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebutkan, pada tahun 2021 ini Indonesia diprediksi “masih tetap aktif gempa.” Jika dirata-rata, peristiwa kegempaan di Indonesia dalam setahun bisa terjadi sebanyak 6.000 kali.
“Wajar karena sumber gempa di Tanah Air sangat banyak, yaitu 13 segmen megathrust dan lebih dari 295 segmen sesar aktif,” ungkap Daryono.
Ia mengimbau agar masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah yang rawan gempa agar selalu waspada terhadap bahaya gempa bumi. “Sebagai upaya mitigasi, membangun rumah tahan gempa di daerah rawan gempa adalah solusi utama dalam mengurangi bahaya dan risiko bencana gempa bumi,” kata Koordinator Mitigasi Gempa Bumi BMKG itu.
Erupsi Gunung Semeru
Gunung Semeru di Jawa Timur memuntahkan Awan Panas Guguran (APG) pada Sabtu (16/01) sore pekan lalu, yang meluncur sejauh lebih kurang 4 kilometer disertai guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1.000 meter dari Kawah Jonggring Seleko ke arah Besuk Kobokan. Demikian data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Hingga berita ini diturunkan status Gunung Semeru masih level II atau “Waspada”.
Masyarakat atau wisatawan diimbau agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 km dari kawah dan jarak 4 km arah bukaan kawah di sisi selatan-tenggara. Masayarakat juga diimbau agar mewaspadai awan panas guguran, lava pijar, dan lahar dingin di sepanjang aliran sungai yang berasal dari puncak Gunung Semeru.
Banjir dan longsor di Kota Manado
Banjir dan tanah longsor juga dilaporkan melanda Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara pada Sabtu (16/01). Banjir dan tanah longsor terjadi akibat curah hujan dengan intensitas tinggi dan tidak stabilnya struktur tanah. Sedikitnya sembilan kecamatan terdampak banjir.
Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedikitnya 6 orang meninggal dunia. Sebanyak 12 unit rumah mengalami rusak sedang hingga berat.
Keesokan harinya, Minggu (17/01), gelombang pasang laut setinggi 4 meter menghantam Teluk Manado dan menyebabakan banjir rob di kawasan tersebut. BMKG menyebut gelombang pasang terjadi karena faktor cuaca ekstrem. Beberapa hari terakhir, wilayah Sulawesi Utara dilanda hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan. Masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pun diimbau agar selalu waspada ancaman gelombang pasang air laut.
rap/as (dari berbagai sumber)