UE Usulkan Aturan Baru untuk Mengatasi Fast Fashion
31 Maret 2022Komisi Uni Eropa pada hari Rabu (30/03) meluncurkan proposal untuk meningkatkan keberlanjutan produk seperti smartphone, pakaian, dan furnitur. Rencana tersebut mencerminkan upaya eksekutif UE untuk memajukan apa yang disebut "ekonomi sirkular" dan mempromosikan barang-barang yang lebih berkelanjutan, tahan lama, dan lebih mudah diperbaiki, dan didaur ulang.
"Kami ingin produk berkelanjutan menjadi norma di pasar Eropa," kata Komisaris Uni Eropa yang bertanggung jawab untuk lingkungan, Frans Timmermans, saat mengumumkan proposal dalam konferensi pers.
Berdasarkan rencana tersebut, barang-barang yang dijual di UE akan dikembangkan pada skala keberlanjutan yang menunjukkan dampak lingkungan, daya tahan, dan kemudahan memperbaiki produk. Upaya ini mencerminkan efisiensi UE untuk peralatan listrik, yang menggunakan label A hingga G untuk membantu konsumen memilih produk yang lebih hemat energi.
Mengikuti tren fast fashion
Secara khusus, Komisi UE menilai keberlanjutan dalam produk tekstil sebagai industri yang layak untuk diteliti. Proposal tersebut akan memperkenalkan pelabelan pada pakaian, memberi tahu konsumen betapa mudahnya produk itu didaur ulang dan ramah lingkungan.
"Konsumsi tekstil, yang sebagian besar diimpor, sekarang menyumbang rata-rata dampak negatif tertinggi keempat terhadap lingkungan dan perubahan iklim, serta tertinggi ketiga untuk penggunaan air dan lahan dari perspektif siklus hidup global," isi proposal Komisi UE.
Produksi pakaian terdiri dari 81% dari konsumsi tekstil UE. Komisi Uni Eropa mengatakan tren penggunaan pakaian untuk periode yang lebih pendek berkontribusi pada "pola produksi dan konsumsi berlebihan yang tidak berkelanjutan."
Tren yang dikenal dengan istilah fast fashion atau industri fesyen yang bergerak sangat cepat, dengan koleksi baru yang diluncurkan setiap minggu, dan dijual dengan harga relatif murah, telah memikat konsumen untuk terus membeli pakaian," kata Komisi UE.
"Sudah waktunya untuk mengakhiri model 'ambil, buat, hancurkan, dan buang' yang sangat berbahaya bagi planet kita, kesehatan kita, dan ekonomi kita," tambah Timmermans.
Sektor konstruksi juga ditargetkan
Selain pakaian dan smartphone, bisnis konstruksi juga masuk dalam bidikan, menyoroti bahwa bangunan saja menyumbang sekitar 50% dari ekstraksi dan konsumsi sumber daya, dan lebih dari 30% total limbah UE yang dihasilkan per tahun.
"Selain itu, bangunan bertanggung jawab atas 40% konsumsi energi UE dan 36% emisi gas rumah kaca terkait energi," bunyi pernyataan itu.
Seluruh 27 negara anggota UE dan Parlemen Eropa diharapkan dapat meneliti proposal tersebut, sebelum menjadi undang-undang. Rencana itu kemungkinan akan menghadapi penentangan dan lobi dari industri yang telah mempromosikan produk dengan rentang hidup yang lebih pendek.
ha/vlz (dpa, AFP, Reuters)