Tradisi Natal di Eropa
24 Desember 2012Pada Heiligabend atau malam Natal tanggal 24 Desember di rumah-rumah keluarga di Jerman terpasang pohon Natal yang sudah selesai dihiasi. Tradisi ini berasal dari abad ke-17. Jenis pohon yang biasa dipakai sebagai pohon Natal adalah pohon cemara. Karena pohon yang tetap tampak hijau juga di musim dingin ini menjadi lambang „kehidupan dan harapan“. Pesta Natal dirayakan di lingkungan keluarga. Pada Heiligabend atau malam Natal tanggal 24 Desember bagi yang mengunjungi misa atau kebaktian Natal di Gereja ditampilkan drama Natal yang dimainkan oleh anak-anak. Bagi yang merayakan di rumah, dibacakan kisah-kisah Natal oleh anggota keluarga. Setelah itu berlangsung "Bescherung" atau saling memberikan hadiah Natal, yang dilanjutkan makan bersama. Di Jerman makanan yang biasa disajikan pada Heiligabend (24/12) adalah selada kentang dengan sosis atau makanan sederhana lainnya, tapi menu istimewa seperti daging angsa atau ikan mas juga dikenal sebagai menu tradisi malam Natal. Tradisi Bescherung atau saling memberikan hadiah Natal selain dikenal di kawasan berbahasa Jerman juga dilakukan di Polandia, Portugal, Hungaria dan negara-negara Skandinavia.
Seperti layaknya pesta lainnya, kegiatan memasak dan sajian makanan menjadi tradisi di hari Natal.
Tradisi Natal di Kroasia
Pada malam Natal di meja makan warga Kroasia yang biasa tersaji adalah ikan. Sementara makanan tradisional utama disajikan pada hari Natal, tanggal 25 Desember di Kroasia adalah sup dengan mie buatan sendiri, daging kalkun dengan panekuk atau kentang goreng, slada dan paprika. Selain itu kue dengan adonan tebal siap pakai yang diisi selai kacang dan johannisbrot.
Selain itu, ada tradisi Natal khusus di Kroasia yaitu menuai pohon gandum Natal. Tradisi yang juga dilakukan Keluarga Bozic.
„Orang menanam biji gandum di dalam pot selama empat minggu sebelum Natal, dan pada saat Natal menaruhnya di samping pohon Natal dengan dihiasi pita merah, dengan apel dan lilin di tengahnya. Gandum itu merupakan lambang kehidupan. Sesudah Natal gandum itu dipakai untuk memberi makan burung. Jadi tidak ada yang tebuang dari pesta Natal.“
Natal di Denmark
Di Denmark, Natal memiliki arti besar untuk anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak berlarian di jalan dengan mengenakan topi sinterklas, perusahaan bir memproduksi bir Natal dan jadwal tram ditambah, karena banyaknya pesta Natal. Di sekolah-sekolah suasana Natal juga terasa, walaupun agak berbeda dari suasana Natal yang dikenal pada umumnya.
Banyak hal yang dapat membuat murid-murid sekolah di Denmark sering tertawa menjelang Natal. Karena setiap tahun di bulan Desember, para kurcaci alias orang kerdil beraksi di ruang-ruang kelas. Nisse, demikian istilah kurcaci ini dalam Bahasa Denmark. Dan anak-anak tahu benar apa yang dilakukan para kurcaci ini.
Kepercayaan adanya kurcaci sudah menjadi tradisi lama di Denmark. Kurcaci ini konon tinggal di setiap rumah, dan bersembunyi di bawah atap loteng. Kegiatan yang paling mereka gemari adalah mengganggu para penghuni rumah.
Seiring perjalanan waktu, dari kurcaci rumah yang tinggal di loteng berkembang menjadi kurcaci Natal. Terutama di pekan Advent, yakni empat minggu sebelum Natal mereka sangat aktif dengan kegemarannya mengganggu. 18 di antaranya duduk di ruang kelas Sofi Herbert.
Sejak awal Desember, guru sekolah dasar itu mengijinkan para muridnya memainkan peran kurcaci. Untuk itu setiap anak dibagi teman satu kelasnya, sebagai teman kurcaci, secara diam-diam dan rahasia, tanpa sepengetahuan anak-anak lainnya. Selama pekan Advent mereka harus mengurus teman kurcacinya ini.
"Kami melakukan kesepakatan, bahwa setiap Nisse paling sedikit tiga kali harus membawa hadiah untuk teman kurcacinya. Itu bisa sebatang coklat atau sepotong kue. Supaya setiap kurcaci juga mendapat hadiah yang menyenangkan." Demikian disampaikan Sofi Herbert.
Tapi untuk sebagian besar waktu para kurcaci ini saling mengganggu. Seperti Sofi yang berusia 10 tahun dan temannya Birgit: "Saya mengambil kotak susu Kristian dan dengan jarum sangat berhati-hati menyuntikkan pewarna makanan yang biru ke dalamnnya. Dan ketika ia membuka kotak susunya, semua susu bewarna biru!"
Sementara murid bernama Birgit menceritkan, “Saya menulis di kertas kecil "tipuan!". Dan saya membungkusnya dengan 10 kertas koran. kelihatannya benar-benar seperti hadiah. Kemudian saya meletakkannya di bangku teman kurcaci saya."
Ruang kelas di sekolah dasar itu bukan satu-satunya. Di kebanyakan sekolah di Denmark pada bulan Desember berlaku tanda bahaya kurcaci. Juga para guru ikut ambil bagian. Bahkan sementara ini perusahaan-perusahaan juga melakukan tradisi kurcaci ini.
Sofi Herbert sebetulnya besar di Inggris dan mula-mula harus membiasakan diri dengan gaya iseng seperti itu. Menurutnya hal itu terutama berkembang dengan kegilaan Natal di Denmark. "Denmark adalah negara yang sangat menggemari Natal. Orang-orang di sini mencintai Natal dan sangat gembira menyambutnya. Mereka benar-benar menjadi gila akibat Natal."