201211 Weihnachtsmekka Rothenburg
24 Desember 2011Tangan-tangan dingin mencari kehangatan dari gelas anggur Glühwein nan harum. Setiap tahunnya, pasar Natal Rothenburg digelar di lapangan tengah, di antara bangunan tradisional abad pertengahan Jerman.
Rothenburg ob der Tauber terletak di antara dua kota, Würzburg dan Nürnberg, di negara bagian Bayern. Penduduknya hanya 11.000 orang. Namun setiap tahun, sekitar 1,5 juta pelancong mancanegara berkunjung ke sana.
Seringnya mereka datang menjelang Natal. Rothenburg menawarkan motif foto yang cantik. Laburan putih dinding jerami yang dijepit penopang kayu berwarna coklat, menghias gedung bertingkat tiga hingga enam, dengan atapnya yang lancip. Tembok semen rumah-rumah yang bercat kuning, pink, biru atau jingga berselang-seling dengan gedung-gedung batu yang kokoh. Selain itu, baik di pasar Natal maupun di jalan-jalan kecil kota Rothenburg, toko-toko souvenir dengan menawarkan hiasan Natal.
Di antaranya ada satu toko yang terkenal secara internasional. Toko itu bernama "Käthe Wohlfahrt", dan merupakan tujuan utama para penggemar hiasan Natal.
Di pintu masuk pengunjung disambut patung kayu seorang perwira „Nutcracker“ yang sebesar pintu. Meski Nutcracker sebenarnya adalah alat membelah kacang, dalam dunia dongeng, patung ini diambarkan sebagai seorang pangeran yang terkena sihir.
Ornamen Dari Desa Natal
Melangkah masuk ke toko Käthe Wohlfahrt, bagaikan menyelam ke dunia dongeng yang penuh kilau. Penggemar ornamen Natal akan menemukan harta karun di sini. Malaikat-malaikat dari lilin berbentuk bayi yang bersayap, boneka-boneka kayu, karusel lilin bertingkat, hiasan-hiasan pohon Natal dalam segala bentuk dan warna, boneka tempat membakar kemenyan, dan koleksi patung untuk menggambarkan kelahiran Jesus. Kebanyakan benda ini diproduksi sendiri dalam sanggar seniman yang begitu besarnya, sehingga dijuluki desa Natal.
"Pada maket ini kita bisa melihat desa natal itu. Ada pasarnya, yang dikelilingi rumah tradisional, yang ditutupi kapas, sehingga terlihat seperti diselimuti salju. Di tengah ini ada pohon Natal setinggi 5 meter, berwarna putih. Pohon ini bisa berputar dan dihiasi dengan 1000 hiasan bola kaca. 15.000 lampu menghiasi pohon ini, sangat mengesankan", begitu cerita Felicitas Höptner.
Ia tak sekedar bertindak sebagai jurubicara perusahaan Käthe Wohlfahrt. Höptner menjiwai latar belakang seluruh produk ornamen dan bisa bercerita mengenai hal terkecil, tapi menarik di desa Natal itu.
Felicitas Höptner telah memantau semua pengunjung, dan tahu produk apa saja yang digemari para turis. Tuturnya, "Orang Amerika biasanya membeli ukiran kayu setengah lingkaran yang bisa digunakan sebagai tempat lilin. Mereka juga menyukai karusel lilin bertingkat, tapi yang digerakkan listrik. Secara umum, boneka kayu tempat kemenyan paling sering dibeli. Orang Jepang menggemari gantungan dinding atau magnet, dan segala sesuatu yang berukuran kecil. Orang Rusia senang membeli segala sesuatu yang gemerlap, dan orang orang Italia membeli ornamen dengan kombinasi warna merah-kuning..."
Okoyama berdiri di depan rak yang penuh dengan karusel-karusel lilin yang bertingkat. Perempuan muda ini menerangkan fungsi ornamen-ornamen itu kepada turis dari Jepang, yang datang berbondong-bondong ke toko itu. Okoyama menyukai pekerjaannya di Käthe Wohlfahrt, tambahnya, "Tahun ini banyak sekali turis asal Jepang."
Museum Natal
Setelah berjalan-jalan di desa Natal, biasanya para pengunjung lelah melihat banyaknya ornamen yang dipajang. Namun bila tertarik untuk mengetahui asal-usul kebiasaan natal, maka pengunjung harus naik tangga kecil ke tingkat dua.
Pada museum di tingkat dua Desa Natal itu, tergambar runutan kisah Natal. Tradisi menghias pohon cemara di dalam rumah berawal 400 tahun lalu. Para petani miskin yang tidak punya ruangan besar, biasanya menggantungkan pohon-pohon cemara kecil dari langit-langit. Lalu menghiasinya dengan kue-kue kering dan buah-buahan. Namun ini tidak begitu aman, karenanya pemerintah mengeluarkan peraturan untuk itu.
Felicitas Höptner menjelaskan, "Kami tahu misalnya ada pertauran yang menetapkan bahwa masing-masing keluarga hanya boleh membawa pulang satu pohon cemara. Tingginya tak boleh melewati dua meter. Semua orang yang tertangkap hanya memotong pucuk cemara dan meninggalkan sisa pohonnya tergeletak di hutan, akan didenda mahal dan dipenjara selama masa perayaan Natal."
Para pengunjung akan menerima keterangan mengenai kalender Advent dan koleksi ornamen yang terkait dengan kelahiran Jesus, serta kisah lahirnya dongeng tentang Santa Klaus.
Banyak ukiran kayu di museum itu yang lebih dari 200 tahun usianya. Ukiran dan patung yang sudah direstorasi itu, kebanyakan berasal dari kawasan perbatasan Jerman dan Ceko.
Silke Wünsch / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk