Tim Pengamat Pendahulu Liga Arab Berangkat ke Suriah
22 Desember 2011Ketua Liga Arab Nabil el Arabi optimis dan yakin timnya sudah bisa mulai bekerja sebelum akhir tahun. Jumlah pengamat yang terlibat tetap tidak jelas. Pada awalnya disebut 500 orang. Terakhir, el Arabi mengatakan hanya akan ada sekitar 150.
Suriah Mengalah Namun Ajukan Tuntutan Tambahan
Misi di bawah pimpinan mantan ketua dinas rahasia Sudan kini harus terlebih dahulu membenahi deskripsi kerja mereka. "Tim harus membicarakan dengan pimpinan Suriah, bagaimana para pengamat bisa melakukan pekerjaan mereka secara bertanggung jawab. Mereka harus bisa bergerak secara bebas dan tidak dirintangi saat bertemu dengan warga, para tahanan dan mengunjungi rumah sakit. Mereka harus meninjau apakah Suriah melakukan kewajibannya, seperti rencana Liga Arab yang telah mereka tandatangani." Demikian menurut el Arabi.
Rezim Assad selama berminggu-minggu menunda pelaksanaan rencana perdamaian. Baru setelah Liga Arab mengancam untuk menyerahkan kasus tersebut ke Dewan Keamanan PBB dan Rusia memberikan tekanan, Suriah mengalah. Namun, di detik terakhir, pemerintah di Damaskus berhasil memaksakan sebagian keinginannya. Para pengamat tidak boleh memasuki 'fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan militer'.
Oposisi Tolak Rencana Liga Arab
Namun, tanpa itupun, keberhasilan misi pengamat diragukan. Dewan Nasional Suriah, perpanjangan tangan politik pihak oposisi, menolak rencana tersebut dan menegaskan tidak mau berunding dengan 'pembunuh'. Tetapi ini yang dituntut oleh Liga Arab. Yakni terwujudnya dialog antara rezim dan oposisi. Melihat kekerasan yang bertambah parah dalam beberapa hari terakhir di Suriah, rasanya tidak mungkin terjadi perubahan pemikiran.
Ini juga ditegaskan oleh ketua Dewan Nasional Bourhan Ghalioun. "Sekjen PBB Ban Ki Moon harus segera turun tangan dan menghentikan kejahatan ini. Kejahatan terhadap kemanusiaan. Setelah apa yang terjadi dan terus terjadi, inisiatif Liga Arab adalah usaha tanpa nilai tertentu. Dunia internasional turut mengemban tanggung jawab dan harus melakukan segala cara untuk menghentikan rezim yang brutal."
Harapan besar yang pada awalnya digantungkan pada kesepakatan antara oposisi Suriah dan Liga Arab sudah punah. Di kubu oposisipun, Dewan Nasional Suriah, juga mendapat tekanan. Aksi protes terhadap Assad dan pertempuran yang dilancarkan tentara desertir dianggap sebagai senjata yang lebih ampuh, dibandingkan aksi dari oposisi yang berada di luar negeri. Akibatnya, kehadiran para pengamat Liga Arab bisa tampak seperti usaha menutup-nutupi borok rezim Assad. Misi mereka sepertinya gagal, bahkan sebelum dimulai secara resmi.
Ulrich Leidholdt / Vidi Legowo-Zipperer
Editor: Agus Setiawan