Tidak Bahagia dalam Keberuntungan Materi
15 April 2013Generasi muda Jerman merokok lebih sedikit dan berpendidikan lebih baik. Juga kehamilan secara tidak diinginkan tidak terlalu sering, dibanding generasi orang tuanya.
Meski demikian banyak kaum muda Jerman tidak bahagia, atau setidaknya tak puas. Demikian hasil studi internasional organisasi urusan pendidikan dan anak-anak PBB UNICEF pekan ini. Jerman berada pada posisi 6 dari 29 negara industri yang diselidiki. Kriteria penilaian adalah tingkat kemiskinan, kesehatan, keamanan dan pendidikan serta situasi kesejahteraan secara umum.
Dalam poin terakhir inilah masih ada kendala di Jerman. Dalam kerangka studi, kaum muda boleh menilai sendiri situasi hidupnya. Hasilnya: Anak-anak dan remaja Jerman merasa pesimis. Satu dari tujuh remaja Jerman, menurut jajak pendapat itu cenderung tidak puas dengan dirinya dan situasinya.
Akibatnya, untuk kategori situasi kesejahteraan, ranking Jerman merosot pada posisi 22. Sebagai perbandingan: Pada 2007 Jerman masih berada di posisi 12 dari 22 negara. Penyebabnya menurut Prof. Hans Bertram, anggota Komite Jerman untuk UNICEF, terletak pada "konsentrasi sepihak pada prestasi dan kesuksesan formal" yang menyebabkan banyak remaja merasa terkucilkan.
Penjagaan Berlebihan dan Penyelamatan
Pendapat dari anggota UNICEF Bertram, diragukan oleh ketua perhimpunan guru Jerman Joseph Kraus. "Tekanan prestasi yang dihadapi kaum muda Jerman, bisa dinilai sebagai hasil pendidikan pemanjaan, penyelamatan dan penjagaan berlebihan."
Singkatnya: Melindungi secara berlebihan, yang menurut Kraus juga disebabkan meningkatnya jumlah keluarga dengan satu anak di Jerman. Meski demikian, pakar pedagogi itu menambahkan, hanya sekitar 20 persen keluarga yang melindungi anaknya secara berlebihan.
Dampaknya, kaum muda dipengaruhi lingkungannya. Itu membuat mereka tidak bahagia, meskipun sebenarnya keadaan mereka amat baik. "Jurang antara kondisi real yang menguntungkan dengan pandangan umum di kalangan remaja, bagi saya adalah fenomena negara sejahtera," ujar Kraus yang sudah bertugas sebagai pengajar selama 35 tahun. Juga mengeluh adalah fenomena khas warga Jerman, yang tidak terlalu menonjol di negara lainnya.
Ketidaksetaraan Tetap
Hasil studi juga mengkonfirmasi, tidak semua anak-anak di Jerman berada dalam kondisi material berkecukupan,. Di dalam Jerman, ada perbedaan besar berkaitan dengan kemiskinan relatif pada anak , demikian disebutkan UNICEF.
Oleh karena itu penyusun laporan menuntut agenda nasional dari politik Jerman, untuk mengatasi kemiskinan anak-anak secara terarah, dengan dukungan bagi keluarga dengan ekonomi lemah, diantaranya keluarga single parent.
Menanggapi pertanyaan Deutsche Welle, juru bicara kementerian urusan keluarga dan pendidikan Jerman menyatakan kementrian tidak akan mengeluarkan reaksi terhadap studi tersebut.
Peserta dalam studi tersebut meliputi responden di 29 negara dengan lebih dari 176 ribu anak-anak dan remaja berusia antara 11 sampai15 tahun. Di Jerman jumlah responden sekitar 5000. Ranking pertama ditempati Belanda disusul negara-negara Skandinavia. Rumania, salah satu negara termiskin di Uni Eropa menempati posisi terakhir dalam penilaian sendiri kondisi kesejahteraan remaja.