Hewan Pemberi Harapan Kesembuhan Sakit Psikologis
3 April 2022Di Sasbachwalden, Baden-Württemberg ada terapi gangguan psikologis dengan bantuan keledai. Guru sekolah dasar Christiana Adam punya pengalaman traumatis dua tahun lalu. Sebuah serangan dengan pisau oleh seorang murid terhadap rekan kerjanya yang berakibat fatal.
"Saya hanya melihat darah,” kata Christiana Adam. Awalnya dia pikir rekannya hanya pingsan. Jadi dia segera lari ke sana. “Saya pikir murid dari kelas saya yang tergeletak di sana, bergelimangan darah dan tewas."
Setelah kejadian itu, Christiana Adam mengalami tiga kali kehilangan pendengaran, dan sejak itu dia juga menderita tinitus. Diagnosisnya: gangguan psikologis pasca trauma.
Tapi membelai-belai keledai membantu dia membangun kembali rasa percaya dirinya. Apakah semua itu hanya imajinasi saja? Setidaknya hewan bisa menghangatkan suasana secara emosional. Demikian hasil sejumlah studi. Membelai kulit hewan yang hangat sudah jadi penyulut perasaan tenang.
Hewan sokong pelepasan hormon yang menenangkan
"Seekor hewan yang tenang menyebabkan tubuh melepas hormon oksitosin, juga serotonin dan dopamine,” demikian dikatakan Rainer Wohlfarth. Ia ahli terapi yang disokong hewan. Ia mengungkap pula, ini “cocktail“ hormon positif. Dampaknya, itu membuat pengatur stres di otak kita, yang mengatur persepsi dan membuat kita aktif, dikurangi tingkat keaktifannya."
Sebuah terapi bisa tampak seperti berjalan-jalan biasa dengan keledai. Tapi ahli terapi menghadapkan pasien dan keledai kepada situasi sulit. Bettina Mutschler yang juga ahli terapi dengan bantuan hewan menjelaskan, jembatan adalah tantangan besar bagi seekor keledai, karena sempit, dan lewat di atas sungai kecil yang airnya terdengar deras. Tapi keledai Paco sudah kenal jembatan itu. Jadi dia ikut saja.
Pertanyaannya: Apa yang sebenarnya disulut hewan dalam situasi seperti itu? Ada orang yang menyebut-nyebut terapi oleh hewan. Tapi seekor hewan tidak mungkin jadi ahli terapi. Demikian kata Rainer Wohlfahrt.
"Seekor hewan tidak mungkin jadi ahli terapi. Seekor hewan adalah pekerja, kolega, rekan pelatih, tapi tidak mungkin jadi ahli terapi. Karena yang memimpin seluruh proses terapi adalah ahli terapi, dan seekor hewan tidak bisa melakukan itu."
Hewan untuk menolong orang yang kecanduan narkoba
Di Vielbach, negara bagian Rheinland-Pfalz ada klinik tempat merawat orang-orang yang kecanduan narkoba. Di sini hewan-hewan terapi membantu sejumlah pria tunawisma, belajar hidup tanpa narkoba dan tidak hidup di jalanan lagi.
Alexander Spanier adalah salah satu pasien di sini. Sejak tiga bulan lalu dia tinggal di sini dan tidak mengkonsumsi narkoba lagi. Bagi dia, ini sangat istimewa.
Alexander bercerita, dulu dia ada di lapisan masyarakat paling bawah. Dia mengumpulkan botol bekas agar punya uang, untuk membeli minuman beralkohol, yang dia perlukan setiap hari.
Itulah titik nadir dalam hidupnya, dan dia bahkan hampir meninggal tiga kali. Dua kali dia mengalami 'overdosis', dan terakhir kali sampai koma sebelas hari.
Pelatih Linda Klein dan kuda bernama Nelly jadi bantuan besar bagi Alexander yang berusia 45 tahun. Menurut Linda Klein, dia kerap melihat, hewan membuat para pecandu narkoba menjadi sangat tenang.
Kepala klinik Joachim Jösch dan timnya membuat catatan rinci tentang seberapa jauh hewan bisa jadi faktor penolong. "Kita bisa melihat jelas, pasien-pasien yang bekerja sedikitnya 10 pekan di sini dengan hewan, adalah orang-orang yang bisa menyelesaikan terapi. Jumlahnya 30,8% lebih tinggi daripada yang tidak bekerja bersama hewan."
Kritik terhadap penggunaan hewan untuk terapi
Sepertinya, bekerja dengan hewan menambah kesuksesan terapi. Tapi secara umum ada juga kritik dalam hal penggunaan hewan untuk terapi. Ahli terapi dengan sokongan hewan Rainer Wohlfarth mengungkap, sering kali, hewan maupun orangnya tidak dilatih dengan baik, dan dalam banyak pendidikan, fokusnya terletak pada hewan, dan bukan pada tim.
Ikatan perlindungan hewan Jerman terutama menilai terapi dengan hewan liar adalah ancaman bagi hewan liar tersebut. Misalnya terapi dengan lumba-lumba, di kolam yang terlalu kecil.
"Penggunaan hewan liar dalam terapi harus dilihat dengan kritis,“ demikian ditekankan Moira Gerlach dari organisasi perlindungan hewan Deutscher Tierschutzbund. Khususnya lumba-lumba, ungkap Gerlach, karena kalau dilihat di alam bebas, mereka berenang sangat jauh. Sedangkan masalah dalam pendidikan untuk terapi dengan hewan adalah, penawarannya banyak sekali. Selain itu tidak ada standar kualitas pendidikan yang seragam.
Di Jerman ada sekitar 300 institut yang menawarkan pendidikan bagi terapi dengan menggunakan hewan. Menurut Rainer Wohlfarth, "Dari semua penawaran yang ia kenal, ada 20% sampai 30% yang berkualifikasi. Sedangkan 70% sampai 80 % tidak terlalu berkualifikasi.
Jadi dari segi pendidikan masih banyak yang harus dilakukan, agar pasien mendapat keuntungan dan hewan tidak dirugikan. Tapi bagi Christiana Adam dan Alexander Spanier keuntungannya jelas, tanpa bantuan dari hewan, mereka tidak akan tahan mengikuti terapi.
"Saya cuma tahu, hewan-hewan ini baik bagi saya,“ kata Alexander Spanier. Ia menambahkan, di masa depan akan berusaha mendapat pekerjaan mengurus hewan. Mungkin di peternakan atau tempat perawatan hewan. (ml/inovator)