Manfaat Pelukan Orang Tua Bagi Tumbuh Kembang Anak
21 Januari 2022Sudahkah Anda memeluk anak-anak Anda hari ini? Pelukan menjadi salah satu cara mengekspresikan kasih sayang yang memiliki manfaat baik untuk anak. Mekanisme neuroendokrin yang berkaitan dengan pembentukan berbagai hormon akan menghasilkan hormon-hormon yang bisa mendatangkan rasa tenang dan bahagia seperti hormon oksitosin.
Hormon oksitosin banyak dikenal sebagai hormon kebahagiaan, hormon ini memberikan efek menenangkan pada anak dan membuat mereka memiliki perasaan yang lebih baik.
Dokter spesialis anak dr. Fransisca Handy Barazaini Wicaksono Agung mengatakan bahwa pelukan punya kaitan erat dengan pembentukan bonding atau ikatan antara anak dengan orang tua. Bayi dan anak akan merasa dicintai, nyaman, dan tenang yang berpengaruh sangat bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka di masa depan.
"Ini mekanisme neuroendokrin. Pelukan ini efeknya sama seperti sentuhan, merangsang hormon-hormon yang menenangkan. Kalau lebih tenang, otomatis metabolismenya akan lebih baik," ujar dr. Fransisca kepada DW Indonesia.
Sangat penting buat bayi baru lahir
Kondisi metabolisme yang baik tentunya berpengaruh pada kesehatan seorang anak. Pada bayi yang baru lahir, terutama di awal-awal kelahiran, pelukan sangat diperlukan mengingat perbedaan suhu di dalam dan di luar rahim bisa mencapai 10 derajat Celsius.
"Suhu tubuh yang hangat itu sangat diperlukan untuk adaptasi bayi, terutama skin to skin, sangat bermanfaat untuk menentukan bayi itu survive karena dingin pada bayi bisa menyebabkan kematian. Dingin bisa membuat pembuluh darah bayi mengecil apalagi pembuluh darah pada paru-paru terutama bayi yang baru lahir pada hitungan jam," terang Fransisca.
Sedangkan pada masa menyusui, sentuhan dan pelukan akan membuat bayi dan ibu sama-sama merasa nyaman. Hormon oksitosin akan memberikan efek relaksasi pada ibu menyusui dan ini berpengaruh pada hormon yang membentuk air susu ibu (asi), sehingga produksi asi lancar dan berfungsi secara maksimal. Proses menyusui yang optimal dinilai menjadi salah satu poin penting perkembangan seorang anak.
Lebih lanjut, Fransisca menerangkan apabila ikatan antara anak dan orang tua sudah terbentuk, otomatis stimulasi anak menjadi lebih baik. Setelahnya, akan mudah bagi orang tua untuk mengarahkan dan membentuk agar anaknya berperilaku baik.
Merasa diterima dan lebih menghargai orang lain
Senada dengan dr. Fransisca, psikolog anak dan keluarga Sani Budiantini Hermawan mengatakan bahwa pelukan adalah salah satu hal yang membuat seorang anak merasa diterima. Anak-anak akan merasakan adanya kehangatan yang membuat mereka menjadi jauh lebih tenang. Kondisi yang tenang ini membuat mereka bisa mengatasi berbagai tekanan dan menghindari stres.
"Ketika pelukan kurang didapat oleh seorang anak, maka perasaannya tidak terakomodir, mereka akan merasa diabaikan dan mereka menjadi sulit untuk tenang dan mungkin rentan terhadap tekanan atau stres," terang Sani kepada DW Indonesia.
Menurut Sani, anak yang sering mendapatkan pelukan akan terlihat dalam perilaku kesehariannya. Anak-anak ini akan cenderung berperangai lebih baik dan lebih percaya diri.
Selain itu, anak yang sering dipeluk oleh orang tuanya akan mengalami peningkatan kecerdasan emosional sehingga kondisi emosionalnya akan lebih terkendali, lebih tenang, dan akan bisa menerima kondisi perasaan orang lain. Penyebabnya: karena mendapat pelukan, perasaan mereka terakomodasi dengan baik dan mereka merasa diterima secara tulus oleh orang-orang di sekelilingnya.
Orang tua Indonesia masih belajar
Di Indonesia sendiri, masih banyak orang tua yang belum bisa mengekspresikan kasih sayang mereka secara terbuka kepada anak-anaknya, termasuk di antaranya melalui pelukan. Menurut Sani, hal ini terjadi karena memang pola asuh yang sudah turun-temurun. Orang tua di Indonesia cenderung tertutup dalam mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan cinta dan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Kabar baiknya, saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai belajar pola asuh atau parenting yang lebih mengakomodasi perasaan anak. Mereka berproses untuk bisa memberikan satu proses emosional yang lebih terlihat dan lebih kentara sehingga anak-anak bisa lebih merasakannya.
"Diharapkan, generasi ke depan akan meniru parenting style yang sudah berubah, yang hangat, yang sarat dengan ekspresi emosional yang positif. Sehingga anak-anak ke depannya juga menjadi lebih percaya diri, tidak rentan terhadap stres, jauh lebih tenang, dan dia bisa menerima diri apa adanya dan bisa memahami perasaan orang lain," ujar Sani menuturkan harapannya. (ae)