Solusi Damai Timur Tengah Makin Menjauh
20 November 2014Spiral aksi kekerasan kembali berputar kencang di Timur Tengah. Dampaknya perdamaian akan makin sulit tercapai dan solusi dua negara juga makin jauh dari realita.
Serangan pembunuhan terhadap empat orang Rabi Yahudi dan seorang polisi yang dilancarkan dua warga Palestina Selasa (18/11) menggunakan kampak pemotong daging, pisau dan pistol adalah pemicu eskalasi terbaru. Kedua penyerang juga tewas ditembak aparat keamanan.
Hamas bereaksi menyambut aksi pembunuhan itu, dan menyebut aksinya sebagai tindakan heroik. Para pemuda di Jalur Gaza turun ke jalanan dan mengacungkan kampak, sebagai simbol dari senjata yang digunakan para pelaku.
PM Israel, Benjamin Netanyahu menanggapi serangan warga Palestina itu dengan aksi balasan yang sudah bisa diduga semua orang. Perintahnya: hancurkan rumah keluarga penyerang, razia ketat terhadap warga Palestina dan aksi kekerasan balasan yang dipastikan akan menewaskan lagi sejumlah warga Palestina.
Padahal militer Israel sudah memperingatkan, pembongkaran rumah keluarga pelaku serangan tidak terbukti memiliki efek yang signifikan. Malahan aksi penghukuman kolektif semacam itu, dikhawatirkan justru akan memicu aksi kekerasan balasan.
Dewan Keamanan PBB dalam pernyataan yang disepakati secara bulat oleh 15 anggota, mengecam aksi serangan terhadap sinagog di Yerusalem itu sebagai serangan teror yang menjijikan. Dalam waktu bersamaan, PBB juga menyerukan kepada Israel dan Palestina untuk memulihkan ketertiban.
Paus Fransiskus yang mencemaskan pecahnya eskalasi kekerasan baru di Timur Tengah, juga telah mengimbau kedua pihak yang bertikai untuk mengambil langkah tegas yang diperlukan untuk mencapai perdamaian. Juga sekjen PBB Ban Ki Moon sudah melontarkan imbauan senada.
Solusi damai makin sulit
Aksi kekerasan terbaru dan reaksi dengan kekerasan lainnya, ditambah terus dilanjutkannya pembangunan pemukiman Yahudi, menurut para pakar keamanan, membuat peluang solusi damai dua negara secara fisik mustahil terwujud. Politik yang dijalankan Israel saat ini, diduga justru akan memicu lebih banyak aksi kekerasan dari warga Palestina.
Dalam pernyataan Dewan Keamanan PBB yang diputuskan Rabu (19/11) juga ditegaskan peringatan kepada Israel, sebagai sebuah negara harus bisa menjamin aksi memerangi terorisme, dengan mematuji seluruh kewajiban sesuai hukum internasional. Dengan itu, juga hendak ditegaskan kewajiban Israel yang berstatus sebagai negara yang menduduki kawasan Palestina.
Seruan PBB kepada kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan, menghindari aksi kekerasan serta tidak melakukan provokasi, ditanggapi oleh banyak pihak sebagai imbauan bijak yang amat sulit diwujudkan. Sejumlah media bahkan menulis, aksi kekerasan terbaru itu, sebagai manifestasi keputusasaan dan rasa frustrasi warga Palestina, menyikapi situasi yang ada.
Pemicu kondisi tersebut cukup banyak, mulai dari perundingan perdamaian yang gagal, dilanjutkan serangan dan blokade Jalur Gaza, ditambah lagi dengan dilanjutkannya pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan yang diduduki di tepi barat dan Yerusalem timur serta kesenjangan sosial dimana warga Palestina dianggap warga negara kelas dua hingga perang memperebutkan bukit suci.
as/vlz (afp,dpa,rtr)