Seni Kerajinan Berber Kembali Hidup
27 Februari 2013Jalanan Berlin kerap dipenuhi gaya berpakaian eklektik. Beberapa tahun lalu Andrea Kolb turut menambah gaya unik ke mode jalanan Berlin saat kembali dari Maroko. Kolb membawa pulang tas kulit tradisional Berber yang mendapat banyak perhatian.
"Tahun 2007 saya ke Marrakesh dan bertemu pengrajin-pengrajin tua. Mereka bilang keterampilan mereka mulai memudar dan tidak lagi dihormati," jelasnya kepada DW.
Tas yang Kolb bawa terbuat dari kulit kambing, yang tebal dan kuat, tapi juga lembut. Tutup tas dihiasi desain oriental yang apik, lengkap dengan bordir dari pita sutra yang berwarna mentereng.
Membuat rencana bisnis
"Inilah saat ide muncul di kepala saya," ungkap Kolb. "Di satu sisi ada orang-orang terampil yang tidak mendapat cukup dari kerajinan mereka, di sisi lain ada dunia yang menginginkan produk-produk ini. Kami harus mempertemukan mereka."
Ide Kolb berubah menjadi sebuah organisasi unik: sebuah yayasan dan label mode bernama Abury. Dua gerai di Berlin dan 10 lagi di seluruh penjuru Jerman kini menjual tas-tas Abury, namun bukan berarti bisnis Kolb berjalan mulus. Awal-awal ia menyadari bahwa tidak banyak lagi pengrajin yang tahu cara membuat produk yang diinginkan.
Tidak berkecil hati, Kolb akhirnya menemukan pengrajin Berber bernama Monsieur Omar Farrij, yang kemudian mendesain pola bordir untuk Abury. Mereka juga kerjasama dengan desainer Perancis untuk membuat bentuk-bentuk modern seperti bungkus smartphone dan komputer tablet. Kolb lalu membuka fasilitas pelatihan untuk mengajarkan cara menyulam bordir tradisional kepada warga pedesaan di luar Marrakesh.
Melatih ulang warga lokal
Monsieur Omar awalnya mengajarkan 10 perempuan dan 3 lelaki di pedesaan, dan kini mereka bekerja 5 hari per minggu hanya menyulam dan menjahit.
Para pengrajin mendapatkan sekitar 70 Euro per bulan saat pelatihan. Begitu mulai terampil, mereka bisa meraup hingga 900 Euro per bulan.
Menurut Kolb, model bisnis Abury dapat diterapkan pada kerajinan tradisional dengan produk-produk lain. Namun ia memperingatkan calon pebisnis yang ingin mengikuti jejaknya bahwa tidak mudah untuk menggalang dana bagi yayasan. Terutama karena Maroko ternyata bukan lokasi produksi berbiaya rendah.
Butik-butik mahal di Jerman, Zürich dan New York yang menjual tas Abury juga ingin meraup untung. Ini berujung pada bungkus tablet Abury yang dijual seharga 250 Euro. Dan bungkus smartphone dipatok harga 69 Euro. Keuntungan kemudian disalurkan ke Yayasan Abury. Sejumlah dana sudah dialokasikan untuk renovasi tempat pertemuan desa yang menjadi lokasi pelatihan.