Rusia dan Ukraina Gagal Mencapai Kesepakatan
11 Februari 2022Tidak adanya kesepakatan yang berarti antara Rusia dan Ukraina menandai kemunduran upaya untuk meredakan krisis Ukraina yang lebih luas, di mana Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.
Usai pembicaraan pada Kamis (10/02) malam di Berlin, utusan Rusia, Dmitry Kozak, mengatakan tidak mungkin untuk menyatukan perbedaan interpretasi Rusia dan Ukraina tentang perjanjian 2015 yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran antara separatis pro-Rusia dan pasukan pemerintah Ukraina.
"Kami tidak berhasil mengatasi ini," katanya.
Utusan Ukraina, Andriy Yermak, mengatakan tidak ada kesepakatan apapun, tetapi kedua belah pihak setuju untuk terus berkomunikasi.
"Saya berharap kita akan segera bertemu lagi dan melanjutkan negosiasi ini. Semua orang bertekad untuk mencapai hasil," katanya.
Konflik di wilayah Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri, yang dikenal bersama sebagai Donbass, terus berlanjut meskipun ada gencatan senjata. Pengamat dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mencatat pelanggaran yang sering terjadi, terkadang mencapai ratusan insiden setiap hari. Ukraina mengatakan sekitar 15.000 orang telah tewas sejak 2014.
Perwakilan Rusia, Ukraina, OSCE dan dua wilayah separatis menandatangani 13 poin kesepakatan pada Februari 2015 di Minsk, yang juga didukung oleh para pemimpin Prancis dan Jerman.
Putin tolak bertemu Zelenskyy
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh Ukraina pada hari Kamis (10/02) telah mencoba untuk menulis ulang perjanjian dan hanya memilih elemen yang paling menguntungkan. Namun, Ukraina mengatakan pihaknya berkomitmen pada kesepakatan itu.
"Pihak Ukraina bersiap untuk dialog konstruktif. Semua orang hari ini mengkonfirmasi bahwa kami memiliki perjanjian Minsk dan itu harus dipenuhi," kata Yermak.
Kiev menolak untuk berunding dengan kepala daerah yang memisahkan diri, tetapi Presiden Volodymyr Zelenskyy telah mengusulkan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sejauh ini ditolak oleh Kremlin.
Rusia membantah berencana menyerang Ukraina, tetapi mengatakan ingin menegakkan "garis merah" untuk memastikan bahwa bekas tetangga Sovietnya itu tidak bergabung dengan NATO dan bahwa aliansi itu tidak mendirikan pangkalan dan misil di sana.
Biden mendesak warganya untuk segera tinggalkan Ukraina
Presiden Joe Biden telah mendesak warga Amerika Serikat untuk segera meninggalkan Ukraina karena kekhawatiran atas kemungkinan invasi Rusia meningkat.
"Warga Amerika harus pergi sekarang," kata Biden dalam wawancara yang direkam sebelumnya dengan NBC News, Kamis (10/02) malam.
"Kami sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia. Ini situasi yang sangat berbeda dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat," tambahnya.
Presiden Biden menegaskan bahwa dalam keadaan apa pun dia tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina untuk mengevakuasi warga AS jika terjadi konflik.
"Itu adalah perang dunia. Ketika orang Amerika dan Rusia mulai saling menembak, kita berada di dunia yang sangat berbeda," katanya.
Ketegangan antara Barat dan Rusia meningkat, dengan beberapa perkiraan AS mengklaim 130.000 tentara Rusia berada di dekat perbatasan dengan Ukraina.
bh/ha (AFP, Reuters)