Produsen Bir di Jerman Kekurangan Botol
23 Juli 2018Kelangkaan ini diantaranya dialami oleh pabrik pembuat bir Fiege di kota Bochum sebelah barat Jerman. Meski bisnis sedang bagus karena musim panas dan juga Piala Dunia, mereka harus berjuang mendapatkan pasokan botol yang cukup untuk mengemas birnya. Fiege pun meluncurkan sebuah pesan permintaan bantuan kepada konsumennya melalui Facebook.
"Kami butuh bantuanmu," tulis pabrik bir itu. "Meskipun kami teratur membeli botol kosong baru, botol-botol itu kini langka di fasilitas pembotolan. Jadi sebelum pergi liburan musim panas, harap bawa dulu botol Moritz Fiege kamu kembali ke toko. Deposit dulu baru pesta!"
Di Jerman, botol bir kaca yang dapat digunakan kembali bisa ditukar deposit senilai delapan hingga lima belas sen (sekitar 1.300 Rupiah hingga 2.500 Rupiah) per botolnya. Namun jaminan uang tersebut tidak selalu bisa memotivasi orang membawa kembali botol kosong ke tempat deposit.
Masalah ini bisa lebih berat bagi pembuatan bir independen, pabrikan regional, atau perusahaan yang dikelola keluarga seperti Fiege. Seorang juru bicara tempat pembuatan bir mengatakan kepada Deutsche Welle bahwa Fiege biasanya bisa membotolkan 100.000 hingga 120.000 bir sehari. Musim panas ini jumlahnya meningkat hingga mencapai 150.000 sampai 160.000. Fiege tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini, yang juga diperparah karena kekurangan gas CO2.
Bentuk botol tidak selalu sama
Diperkirakan ada dua miliar botol bir yang dapat digunakan kembali beredar di antara 82,6 juta orang Jerman, dengan kontainer yang diisi ulang rata-rata 36 kali. Jumlah ini mungkin terdengar cukup banyak untuk memenuhi permintaan, tetapi tidak semua pabrik menggunakan jenis botol yang sama.
Botol di Jerman bervariasi bentuknya, mulai dari Dumpies (juga disebut "steinies") ke Vichies untuk bentuk yang berleher botol panjang. Beberapa tempat pembuatan bir juga "mempersonalisasi" botol dengan nama mereka yang diembos pada kaca.
Fiege menggunakan botol dengan gabus dan porselen ayun. Ketika dibuka, gabus menghasilkan suara "plop" yang khas sehingga memuaskan banyak pencinta bir, tetapi botolnya lebih mahal dan hanya bisa diisi ulang 30 kali.
Kaleng digunakan secara luas oleh produsen bir di Amerika Serikat dan Inggris, tapi di Jerman ini dipandang “tidak seksi” dan kemasan itu tidak ramah lingkungan. Sebagian besar peminum bir di Jerman menyukai gelas atau tidak sama sekali.
Pabrikan pun tidak bisa begitu saja menghubungi pembuat botol dan memesan botol baru. Botol kaca diproduksi secara musiman, kata juru bicara Fiege, dan harus dipesan setahun sebelumnya. Sementara produsen tidak tahu akan seperti apa cuaca pada musim panas yang akan datang.
'Bantuan sedang dalam perjalanan'
Masalah ini tidak baru sekarang terjadi di Jerman. Musim panas 2012, misalnya, produsen bir terkenal dari kota Munich, Hofbräu, menjual bir dalam botol hanya kepada orang-orang yang membawa kembali botol kosong.
Semakin kecil skala produsen birnya, semakin akut masalahnya. Beberapa pabrik bir kecil tidak mengenakan biaya deposit untuk botol sama sekali karena mereka tidak memiliki kapasitas untuk menyimpan botol kosong ketika dikembalikan. Sebagai gantinya, pelanggan dianjurkan untuk menaruh botol di tempat sampah daur ulang khusus kaca atau membawanya kembali ke toko-toko minuman. Pabrik perusahaan besar seperti Warsteiner dan Beck memiliki kapasitas untuk menghindari masalah kekurangan botol ini. Tetapi Fiege yang berukuran sedang harus kreatif.
Tempat pembuatan bir itu mengatakan tanggapan terhadap seruan Facebooknya "luar biasa." Banyak penggemar bir mereka akhirnya membawa botol kosong dan peti bir. Seorang wanita bahkan menulis dari Guatemala dan mengatakan dia punya satu botol. Orang lain menanggapi dengan gambar botol yang dapat dikembalikan dan janji bahwa bantuan sedang dalam perjalanan. Jadi, kalaupun misalnya tidak berhasil mengakhiri krisis botol pada musim panas 2018, seruan ini sudah menjadi publikasi yang cukup bagus bagi Fiege.
Jefferson Chase (Ed: ae/ts)