Presiden Jerman Tekankan Hubungan Erat dengan Israel
29 Mei 2012Kunjungan resmi pertama yang dilakukan Joachim Gauck setelah menjabat presiden Jerman Maret lalu diawali hari Selasa (29/05) dengan bertemu Presiden Israel Shimon Peres dan mengunjungi monumen korban Holocaus Yad Vashem.
Dalam sambutannya ketika diterima Shimon Peres, Joachim Gauck menekankan loyalitas Jerman kepada Israel dan akan persamaan nilai-nilai dan kepentingan kedua negara. Komitmen bagi keamanan dan eksistensi Israel adalah faktor yang menentukan bagi politik Jerman. “Jerman dan Israel lebih erat dari sebelumnya,“ dikatakan Gauck. Di saat yang sama, Gauck menekankan bahwa hak-hak rakyat Palestina juga harus dihormati. Sementara itu, Peres mengatakan tentang “persahabatan erat“ diantara kedua negara.
Joachim Gauck tiba di Israel Senin petang (28/05). Dalam kunjungan resmi tiga hari di Israel, Gauck juga akan pergi ke Ramallah, di Tepi Barat, untuk berbincang dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Sebelum mengunjungi Abbas, Gauck akan bertemu dengan para politisi Israel, diantarana Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman.
Iran sebagai Ancaman
Berbicara kepada pers, Presiden Joachim Gauck menyatakan kekhawatirannya atas program nuklir Iiran. Ia mengatakan bahwa “Iran bukan saja ancaman bagi Israel tapi juga bagi Eropa dan bahwa pembicaraan nuklir dengan Iran “harus melahirkan hasil yang konkret“. Gauck juga menjanjikan dukungan Jerman bagi Israel. Namun ia juga memperingatkan Israel untuk tidak mengambil langkah yang dapat menimbulkan eskalasi militer. “Jerman berupaya untuk solusi diplomatik berdasarkan sanksi,“ ditambahkan Joachim gauck.
Penilaian terhadap Israel
Dalam wawancara dengan harian Haaretz, Jocahim Gauck menyampaikan keprihatian atas sikap yang semakin kritis yang ditunjukkan banyak warga Jerman terhadap Israel. Menurut hasil jajak pendapat yang dipublikasikan baru-baru ini, penilaian warga Jerman terhadap Israel dalam tiga tahun terakhir secara signifikan memburuk. 70 persen responden berpendapat bahwa Israel mengejar kepentingannya tanpa memperhatikan pihak lain. Bahkan 59 persen responden menilai Israel sebagai “agresif“.
yf (dpa/afp/dap)