Presiden Gauck Mencari Identitas Eropa
22 Februari 2013"Tidak sabar, jenuh, frustrasi, warga ragu apakah jalan yang kita tempuh benar," kata Joachim Gauck dalam pembukaan pidato Eropanya Jumat (22/2) di depan 200 tamu di Istana Bellevue. Saat ini Eropa berkurang menjadi empat huruf Euro, dan dipandang sebagai krisis.
Ketidakpuasan ini tidak boleh diabaikan, diperingatkan Presiden Gauck. Sejumlah negara khawatir menjadi jago pembayar, negara lain takut terjadi kemerosotan sosial.
Krisis dalam perkembangan Eropa juga terlihat dalam politik. "Pelaksana dalam politik menjadi pengambil reaksi kejadian-kejadian." Metode pragmatis, dimana langkah ekonomi bersama di Eropa otomatis lebih membawa pada kesatuan politis, tidak lagi berfungsi. Pasca akhir Perang Dingin 1989 tidak ada fundamen politis untuk perluasan Uni Eropa. Dan saat diluncurkannya mata uang Euro terjadi kesalahan konstruksi, yang saat ini "mendesak dikoreksi dengan mekanisme stabilitas Eropa dan Pakta Fiskal."
Perdamaian, Kebebasan, lalu?
Dalam pemaparan historis, pandangan kritis Gauck terhadap kondisi Eropa makin jelas. Pasca 1945, persatuan Eropa adalah proyek perdamaian. Setelah 1989 menjadi gagasan pendorong perdamaian. "Tapi apa yang memberi semangat Eropa kini, apa yang menjalinnya?" tanya Gauck. Eropa tidak punya mitos pembentukan atau tidak punya kebersamaan, dimana warga dapat bersama-sama menilik kembali. Tapi terutama warga muda perlu penjelasan yang memberi identitas, "yang menyentuh hati dan menggerakkan tangan untuk berkarya."
Norma Eropa Tawarkan Perlindungan
"Gaung norma-norma kita yang tidak terikat waktu sebagai pengakuan dan program yang mengikat kita," kata Gauck. Sebagai contoh ia menyebut Perdamaian, Kebebasan, Toleransi, Persamaan dan Solidaritas. Ini adalah "hal-hal berharga Eropa." Norma-norma ini dapat digugat jika dilanggar dan dengan begitu menawarkan ruang perlindungan dan peluang untuk merealisasi tujuan dan kesejahteraan. Gaung norma-norma ini berlaku di atas segala perbedaan bangsa, etnis, budaya dan agama. "Ini misalnya jelas bagi warga muslim yang tinggal di Eropa," kata Gauck. Identitas Eropa hidup bukan dari pembatasan, melainkan dalam kebersamaan.
Presiden Gauck dalam wawancara baru-baru ini mengatakan ingin menjadi perantara antara warga dan politisi. Untuk itu ia menawarkan sebuah forum. Pidatonya di Istana Bellevue di Berlin, sekaligus menjadi awal rangkaian forum diskusi, simposium dan pidato yang selanjutnya akan digelar dengan nama „Bellevue Forum.“ Ini menggantikan tradisi "Pidato Berlin“ yang 1997 digelar oleh Presiden Jerman kala itu, Roman Herzog.
Terkait kejadian politik aktual Presiden Jerman Gauck menyerukan kepada Inggris, agar tetap berada di Uni Eropa. Tradisi parlementernya, kelugasan dan keberaniannya diperlukan. Gauck kembali berusaha menghapus ketakutan di Eropa akan kekuatan besar politik Jerman. "Saya menjamin semua warga di negara tetangga: Saya melihat di antara pembentuk politik di Jerman tak ada yang berniat menulis dikte Jerman. Seandainya politisi Jerman kadang terlihat berhati dingin, "itu hanya pengecualian dan bukan umumnya," demikian permintaan maaf Gauck.
Usulan konkrit yang disampaikan Presiden Gauck adalah dibentuknya "Arte für alle“, yakni stasiun televisi Pan Eropa. Karena komunikasi di Eropa masih kurang . Di akhir pidatonya Gauck menyerukan kepada warga: "Jangan bersikap apatis, jangan enak-enak saja dan sadarilah kemampuan berkarya." Semua harus memperbaharui janjinya untuk Eropa.