Sosok PM Jacinda Ardern Yang Penuh Kepedulian
22 Maret 2019Perdana Menteri Jacinda Ardern bergabung dengan sekitar 20.000 orang berdiri dengan tenang di Hagley Park, di depan masjid Al Noor di mana sebagian besar korban tewas saat shalat Jumat minggu lalu (15/03).
"Selandia Baru berduka bersamamu. Kami adalah satu," katanya dalam sebuah pidato singkat, diikuti oleh mengheningkan cipta selama dua menit.
Ardern, yang dengan cepat mengecam penembakan itu sebagai terorisme, telah mengumumkan larangan senjata otomatis dan semi-otomatis.
Keamanan di Selandia Baru ditingkatkan sejak serangan, dan polisi mengatakan pada hari Jumat (22/03) mereka sedang menyelidiki ancaman terhadap Ardern yang dilayangkan lewat Twitter.
Harian NZ Herald melaporkan bahwa ada posting Twitter dengan foto pistol dan tulisan "You are next" yang ditujukan ke Perdana Menteri. Namun, kantor berita Reuters belum dapat memverifikasinya.
Tanpa senyuman
Mengenakan jilbab hitam pada hari Senin (18/03), Ardern mengunjungi sekretariat Asosiasi Islam di Selandia Baru, yang terdiri dari delapan komunitas Muslim, termasuk Auckland.
"Saya mengunjungi Christchurch kemarin, dan tujuan utama saya di sana adalah membawa pesan duka cita dan solidaritas Selandia Baru kepada saudara-saudari Anda," katanya kepada anggota asosiasi.
Selasa (19/03), Ardern membuka sesi parlemen dengan pesan perdamaian bagi umat Muslim untuk mengenang 50 orang yang terbunuh di dua masjid di Christchurch, sebuah kota yang masih dibangun kembali setelah gempa bumi 2011.
Di antara para korban teroris ada empat anak, berusia 3, 4, 14 dan 16. Di parlemen, Ardern bersumpah tidak akan menyebut nama pelaku di depan umum, dan tidak memberi sarana bagi pelaku untuk mendapat ketenaran.
Jenjang karir Ardern
Ardern dibesarkan di Waikato, kota pertanian dan kehutanan, tidak jauh dari pusat "Hobbiton" lokasi syuting film Lord of the Rings dan Hobbit. Ayahnya adalah seorang perwira polisi desa, ibunya asisten katering di sekolah-sekolah.
Ardern mempelajari komunikasi politik di University of Waikato, di Hamilton. Dia magang pertama kali untuk Helen Clark, mantan perdana menteri dari Partai Buruh, yang menjadi kepala Program Pembangunan PBB, dan kemudian di Kantor Pusat Inggris di era Perdana Menteri Buruh Tony Blair. Dia memasuki Parlemen Selandia Baru pada tahun 2008.
Ardern lalu ditugaskan oleh oposisi untuk advokasi bagi anak-anak, perempuan, keadilan pemuda dan warisan budaya. Ia naik pangkat dalam partainya sebelum langsung bertarung dan memenangkan pemilih Mount Albert, Auckland, dalam pemilihan sela. Kemenangan di bulan Maret 2017 membuatnya lebih menjadi pusat perhatian.
Tujuh minggu sebelum pemilihan umum Selandia Baru September 2017, pemimpin Partai Buruh Andrew Little - yang sebelumnya anggota serikat pekerja (dan sekarang menteri kehakiman) - diberitakan mendekati Ardern untuk menawarkan kepadanya kepemimpinan partai. Little mengakui bakat Ardern dan kegagalan timnya untuk menyalip Partai Nasional yang berkuasa saat itu.
Ardern menerima tantangan tersebut. Media internasional kemudian mengenali "efek Jacinda." Oktober 2017, Jacinda Ardern terpilih sebagai perdana menteri termuda Selandia Baru dalam lebih dari seabad terakhir. (vlz/hp, Ian P. Johnson/Reuters)