OPEC Pangkas Produksi, Harga Minyak Terancam Naik
3 April 2023Harga minyak mintah di pasar global naik tajam pada dini hari Senin (03/04), sesaat setelah pasar dibuka kembali untuk bisnis di Oseania dan Asia, Kenaikan itu menanggapi pengumuman mengejutkan pada hari Minggu (02/04) bahwa Arab Saudi, Irak, dan negara Teluk lainnya akan mengurangi produksi minyak mereka, jauh lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya.
Minyak mentah jenis Brent Crude melonjak harganya lebih dari 6%, naik menjadi $85,05 (sekitar Rp1,27 juta) per barel. Indeks minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan 5,3% menjadi $80,55 (sekitar Rp1,2 juta).per barrel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebut, pengurangan produksi minyak ini sebagai langkah "pencegahan" yang bertujuan untuk menstabilkan pasar.
Implikasi dari pengurangan produksi minyak
Pengurangan produksi minyak disebutkanakan dimulai pada bulan Mei hingga akhir tahun ini. Produksi minyak akan berkurang lebih dari satu juta barel per hari, pemangkasan produksi minyak terbesar kedua sejak OPEC memangkas dua juta barel per hari di bulan Oktober tahun lalu.
OPEC menyumbang lebih dari 40% produksi minyak mentah dunia. Bagi negara-negara pengimpor minyak, terutama negara-negara berkembang, kenaikan harga minyak ini dapat memberikan dampak ekonomi yang cukup parah.
Pasalnya negara-negara pengimpor minyak ini tidak mungkin dapat mengurangi konsumsi mereka secara drastis. Konsekuensinya negara pengimpor minyak harus menghadapi kenaikan harga minyak, dan kemungkinan harus membayar kenaikan tersebut dengan devisa dalam dolar Amerika Serikat (AS).
OPEC memperkirakan, pada tahun 2023 ini permintaan minyak dunia akan meningkat 2,3 juta barel per hari, menjadi rata-rata 101,87 juta barel per hari.
Ketegangan hubungan AS-Arab Saudi
Rusia, salah satu negara anggota OPEC+ menyatakan, mereka akan memperpanjang pemangkasan sukarela sebesar 500.000 barel per hari.
Harga minyak yang lebih tinggi akan membantu Presiden Rusia Vladimir Putin yang tengah berperang melawan Ukraina. Rusia juga telah kehilangan beberapa pasar ekspor yang sebelumnya penting, terutama di Uni Eropa, karena sanksi barat terhadap impor minyak mereka sejak Rusia menginvasi Ukraina, yang berarti mitra dagangnya menjadi lebih terbatas dan Rusia tidak dapat menjual produksi mereka sebanyak mungkin.
AS telah meminta Arab Saudi dan negara sekutu lainnya untuk meningkatkan produksi minyak mereka, karena AS mencoba untuk menurunkan harga pasar dan menekan pemasukan keuangan Rusia, namun hal ini jelas tidak berhasil.
Arab Saudi, sebagai produsen terbesar OPEC, mengumumkan pemangkasan terbesar sebanyak 500.000 barel per hari. Angka tersebut mewakili 5% dari produksi rata-rata Arab Saudi sebesar 11,5 juta barel per hari pada tahun 2022.
Di antara negara-negara OPEC lainnya, Irak menyatakan, mereka akan mengurangi produksi sebesar 211.000 barel per hari. Selain itu, UEA juga akan memangkas produksi mereka sebesar 144.000 barel, Kuwait sebesar 128.000 barel, Kazakhstan sebesar 78.000 barel, Aljazair sebesar 48.000 barel , dan Oman sebesar 40.000 barel per hari.
Pada bulan Oktober tahun lalu, pemangkasan ini juga diumumkan pada malam menjelang pemilihan umum paruh waktu di Amerika Serikat, di mana saat itu lonjakan harga minyak dunia menjadi isu utama dalam kampanye. Presiden Biden mengatakan bahwa akan ada "konsekuensi".
Beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat bahkan menuntut pembekuan kerja sama dengan Arab Saudi, mitra dagang utama AS, sebagai dampak dari keputusan pemangkasan produksi minyak negera Timur Tengah itu.
kp/as (Reuters, AP, AFP)