G7 Ingin Kendalikan Harga Minyak Rusia di Pasar Global
7 September 2022Dalam upaya terbaru untuk menekan Rusia, negara-negara G7 sepakat mengupayakan skema pembatasan harga maksimal minyak Rusia. Untuk itu, G7 harus mengajak negara-negara lain berpartisipasi.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, pemerintahan negara-negara G7 memberlakukan sanksi ekonomi dan mencoba membatasi pendapatan Rusia dari ekspor energinya. Tapi dengan naiknya harga minyak dan gas, Rusia justru mengeruk keuntungan besar. Bahkan menurut dokumen kementerian ekonomi Rusia yang dilihat kantor berita Reuters, Moskow memperkirakan volume ekspor energinya tahun ini akan melonjak sebesar 38%.
Itulah alasan utama mengapa awal bulan ini negara-negara G7, yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan AS, serta Uni Eropa, sepakat untuk memberlakukan pembatasan harga maksimal minyak Rusia. G7 sendiri sudah memutuskan untuk menghentikan impor minyak dari Rusia mulai tahun depan. G7 juga akan melarang layanan logistik yang mereka kendalikan, seperti pengiriman dan asuransi yang dibutuhkan negara lain untuk membeli minyak dari Rusia.
Rencana pembatasan harga minyak akan dilaksanakan bersamaan dengan berlakunya embargo UE. Ada dua batas harga maksimal yang direncanakan, satu untuk minyak mentah dan satu untuk produk olahan. Batasan minyak mentah akan berlaku mulai 5 Desember, batasan untuk produk olahan menyusul mulai 5 Februari 2023.
G7 mengatakan, mereka akan mencegah perusahaan asuransi dan perusahaan pelayaran mengangkut minyak mentah dan produk minyak Rusia, kecuali jika minyak itu dibeli pada atau di bawah ambang harga yang nanti ditentukan.
Bagaimana pembatasan harga minyak akan berfungsi?
Negara-negara G7 menguasai sekitar 90% pasar untuk asuransi pengiriman global. Rusia membutuhkan sejumlah besar kapal untuk mengekspor minyaknya dan akan kesulitan menemukan kapal tanker yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengiriman minyak, jika perusahaan asuransi barat menolak penjaminan asuransi kargonya.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan: "Dengan berkomitmen untuk menyelesaikan dan menerapkan pembatasan harga, G7 akan secara signifikan mengurangi sumber pendanaan utama Rusia untuk perang ilegalnya, sambil mempertahankan pasokan ke pasar energi global dengan menjaga minyak Rusia tetap mengalir dengan harga yang lebih rendah."
G7 mengatakan, kesepatan itu dalam dalam waktu dekat akan diikuti oleh "koalisi negara-negara yang luas." Tapi sejauh ini, negara-negara besar di luar G7, seperti India dan Cina, tidak memberi sinyal akan mendukung rencana itu.
Agar pembatasan harga minyak Rusia berfungsi sebagaimana dimaksudkan, G7 memang harus bisa mengajak sebanyak mungkin negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang tetap membeli minyak Rusia, untuk berpartisipasi.
Apa risiko rencana itu?
Tetapi di kalangan G7 sendiri ada perbedaan pandangan. Kanselir Jerman Olaf Scholz termasuk di antara mereka yang skeptis tentanghal ini. Dia mengatakan bulan lalu: "Anda tidak dapat melakukannya secara sepihak, tetapi harus bekerja sama erat dengan banyak orang lain. Jika tidak, itu tidak akan menghasilkan apa-apa."
Saat ini saja, minyak Rusia sudah jauh lebih murah daripada sebelumnya. Itulah alasan utama mengapa negara-negara seperti India tiba-tiba menjadi pembeli besar minyak Rusia pada tahun 2022. Negara-negara ini dapat memilih untuk terus membeli minyak Rusia dengan volume yang sama atau Rusia juga bisa mengekspor lebih sedikit minyak dan mencoba menaikkan harga minyaknya. Di Eropa, Rusia berhasil menaikkan harga gas dengan cara menurunkan volume pasokannya.
Karena rincian rencana G7 masih belum jelas, ada ketidakpastian tentang bagaimana tepatnya G7 akan memberlakukan rencana pembatasan harga minyak Rusia. Perusahaan asuransi pelayaran telah menyatakan keprihatinan, karena mereka tidak mungkin bisa memeriksa berapa harga minyak yang dijadwalkan untuk diperdagangkan. Apakah rencana G7 akan berfungsi, memang akan tergantung pada detail-detail kecil.
(hp/pkp)