Museum Auschwitz: Tren TikTok Holocaust 'Berbahaya'
27 Agustus 2020Pihak museum dan tugu peringatan Holocaust Auschwitz-Birkenau menentang tren baru di platform media sosial TikTok, di mana pengguna berperan sebagai korban Holocaust, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (26/08).
"Tren 'korban' (Holocaust) di TikTok bisa menyakiti dan menyinggung," kata pihak museum, seraya menambahkan bahwa beberapa video di platform tersebut dinilai meremehkan sejarah.
Pihak museum angkat bicara terkait video kontroversial, di mana para pengguna TikTok berpura-pura menjadi korban Perang Dunia II.
Klip pendek menampilkan para pemuda yang menceritakan bagaimana mereka meninggal dalam Holocaust. Beberapa video menunjukkan orang-orang dengan memar palsu atau mengenakan pakaian narapidana bergaris atau tanda bintang kuning yang digunakan Nazi untuk menandai pakaian orang Yahudi.
Video tersebut memicu reaksi dari beberapa pengguna TikTok Yahudi awal bulan ini.
Motivasi di balik tren 'beragam'
Pihak museum mengakui bahwa ada beragam motivasi di balik tren tersebut, termasuk yang dibuat oleh orang-orang yang ingin "mengekspresikan kenangan pribadi".
Namun, "beberapa tidak diciptakan untuk memperingati siapa pun, tetapi untuk menjadi bagian dari tren online. Ini sangat menyakitkan," kata pihak museum.
Museum Auschwitz memperingatkan dan menyerukan agar lebih banyak pendidikan dan diskusi tentang bagaimana mengingat Holocaust, daripada membuat kreasi yang "mempermalukan" kaum muda.
Pihak museum menyebut konteks sejarah, ketepatan faktual dan penghormatan terhadap korban merupakan faktor penting dalam memperingati Holocaust.
Situs pembelajaran
Museum dan tugu peringatan didirikan pada tahun 1947 oleh parlemen Polandia bersama dengan mantan tahanan kamp konsentrasi untuk memperingati satu juta orang Yahudi dan lainnya yang terbunuh di kamp tersebut antara tahun 1940 dan 1945.
Murid-murid sekolah dan pemuda mengunjungi bekas kamp dari seluruh dunia untuk tujuan pendidikan. Namun kegiatan ini dihentikan antara pertengahan Maret dan akhir Juni, karena pandemi virus corona. (ha/pkp)