Merkel Upayakan Awal Baru Perlindungan Iklim
7 Mei 2013"Hanya buang waktu untuk berdebat apakah kini melakukan sesuatu atau terus menunggu", tegas Kanselir Jerman Angela Merkel. "Tidak bertindak berarti bagi kita akan terlalu mahal," ditambahkan Merkel, karena perundingan internasional untuk kesepakatan perlindungan iklim global macet. Ada perbedaan pandangan yang besar dalam pembiayaan perlindungan iklim di negara-negara berkembang, juga pertanyaan berapa persen negara-negara ingin mereduksi emisi gas rumah kacanya.
Senin (06/5) wakil dari 35 negara bertemu di Berlin untuk memajukan pembicaraan. Akhir tahun ini konferensi iklim PBB akan digelar di Warsawa, dan sampai saat itu banyak yang harus dilakukan. Kata Merkel: Hingga 2015 harus diputuskan perjanjian iklim yang meluas yang mewajibkan 190 negara membatasi pemanasan suhu bumi sampai 2 derajat celcius dibanding sebelum masa pra industri. 2020 perjanjian itu akan diberlakukan.
Kritik terhadap AS dan Cina
"Saya tidak berilusi tentang banyaknya pekerjaan di hadapan kami," kata Kanselir Merkel. Menetapkan kewajiban sasaran dua derajat relatif mudah, tapi pelaksanaannya jauh lebih rumit. Sebuah landasan yang adil adalah bila setiap orang hanya boleh melepaskan CO 2 sebanyak dua ton per tahun. Tapi negara-negara seperti AS dan Cina "tidak bergairah untuk itu," dikatakan Merkel.
Kanselir Jerman itu juga mengritik kurangnya dukungan internasional dalam perdagangan emisi di sektor transportasi udara. Sebagai dampak tekanan internasional, Uni Eropa yang melaksanakannya sendirian, menghentikan bisnis emisi penerbangan itu untuk satu tahun. Merkel menyebutnya secara terbuka "ancaman keras". Peran pionir Uni Eropa tidak mendapat terima kasih, "kami cenderung dipandang sebagai perusak permainan."
Kemacetan dan Blokade
Wakil-wakil dari Indonesia mengritik "kemacetan dan blokade" Dana Iklim, yang bertujuan membantu proyek perlindungan iklim di negara berkembang dan ambang industri terkait dampak perubahan iklim. Dalam konferensi iklim di Kopenhagen 2009, negara-negara industri diwajibkan sampai tahun 2020 setiap tahunnya memasukkan 100 milyar dollar AS ke dalam dana tersebut.
"Kami perlu target berambisi untuk Uni Eropa", demikian diperingatkan Menteri Lingkungan Jerman Peter Altmeier. Uni Eropa saat ini diwajibkan, hingga akhir 2020 mengurangi pelepasan emisi CO 2 sampai 20 persen dibanding tahun 1990. Kini berlangsung diskusi, apaka pengurangan 30 persen akan ditargetkan. Tapi Polandia yang pengadaan energi listriknya terutama bersumber dari batu bara, menolak. Angela Merkel memberikan pernyataan berhati-hati. Polandia, tuan rumah konferensi iklim akhir tahun ini mengenal semua masalah perubahan dan transisi dari ekonomi yang berbasis CO 2 ke sumber energi lainnya. Polandia sudah berhasil menurunkan pelepasan emisinya pada 20 tahun terakhir sekitar 30 persen, demikian ditekankan Menteri Lingkungan Polandia Marcin Korolec. Negaranya selalu melakukan upaya lebih jauh.
Ketidaksepakatan di Eropa juga adal dalam hal perdagangan emisi. Komisi Eropa awal 2013 berusaha mengurangi sertifikat CO 2 yang diperdagangkan di Eropa. Komisi merencanakan, dengan harga lebih tinggi bagi hak polusi menciptakan impuls lebih besar untuk perlindungan iklim. Tapi Parlemen Eropa menolaknya.