281111 China Umwelt
28 November 2011Kepala mediator iklim Cina di Durban Xie Zhenhua tidak berkomentar menjelang keberangkatannya ke KTT iklim PBB di Afrika Selatan. Cina yang merupakan produsen emisi CO2 terbesar memang diakuinya, tapi kewajiban mengikat untuk batas emisi tertinggi internasional tetap tidak disinggungnya: "Negara-negara yang menandatangani Protokol Kyoto harus menyetujui ketetapan untuk mengurangi emisinya sampai 2020. Itu berlaku untuk negara-negara industri yang tidak terlibat dalam proses Protokol Kyoto. Negara-negara berkembang sebaiknya melakukan upaya sukarela dan memperoleh bantuan teknologi."
Cina bertahan pada prinsip „kebersamaan tapi dengan tanggung jawab yang berbeda.“ Dengan prinsip itu negara-negara industri barat secara historis memegang tanggung jawab utama untuk emisi CO 2 dan seharusnya memenuhi kewajibannya. Cina hanya bersedia untuk tindakan sukarela yakni menghentikan kenaikan emisi tapi tidak akan menguranginya. Meskipun demikian Cina menekankan bersedia berbuat banyak untuk perlindungan iklim. Dengan perluasan cepat energi nuklir diharapkan ketergantungan pada listrik dari energi batu bara dapat dikurangi. Hal ini dinyatakan Cina sebagai tindakan perlindungan iklim. Andil energi terbarukan sampai 2015, diharapkan naik 11 persen. Dan tingkat pelepasan energi dan CO 2 untuk proses produksi, diharapkan terus menurun.
Cina Sudah Melangkah ke Arah Yang Positif
Achim Steiner, ketua Program Lingkungan PBB mengatakan upaya Cina sudah ke arah yang benar: "Untuk pertama kalinya saya menilai positif hal itu, karena sejak Kopenhagen mereka sudah memenuhi kewajibannya, sejak beberapa hari kita mengetahui bahwa mereka mencapai pertumbuhan ekonomi yang dikaitkan dengan pelepasan emisi. Tapi di Cina seperti halnya di negara-negara lainnya kami memiliki masalah bahwa jumlah pelepasan seluruh emisi tetap meningkat. Dan itu bagi masalah iklim menjadi tantangan besar."
Tapi Beijing juga tahu bahwa tekanan untuk keterlibatan secara internasional semakin besar. Apalagi dengan adanya krisis hutang Eropa, kesediaan untuk bantuan finansial bagi negara ambang industri seperti Cina di bidang perlindungan iklim dapat menurun. Oleh karena itu ketua mediator Cina Zhenhua menyerukan kepada negara-negara industri agar tidak melalaikan perlindungan iklim
Secara kongkrit itu menyangkut Dana Iklim yang disepakati satu tahun lalu di Meksiko. Sesuai kesepakatan tersebut mulai tahun 2020 setiap tahunnya akan disediakan dana 100 milyar dollar AS untuk membantu proyek perlindungan iklim di negara berkembang dan ambang industri. Masih belum jelas darimana dananya.Cina sudah menegaskan posisinya: Pembiaya utama bagaimanapun harus negara industri.
Ruth Kirchner/Dyan Kostermans
Editor Hendra Pasuhuk