1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mobilitas Masa Depan: Mengganti Mobil dengan Sepeda

11 Januari 2022

Jika ingin mencapai target iklim, Jerman dan negara-negara industri lain harus mengubah moda mobilitasnya. Mobil memang tetap diperlukan, tapi sepeda juga akan makin berperan.

https://p.dw.com/p/45MWZ
Foto ilustrasi sepeda
Foto ilustrasi sepedaFoto: VOLKER WARNING/Continental AG

Terutama bagi orang Jerman, mobil adalah sesuatu yang hampir "suci" dan mungkin menjadi sebagian dari identitas nasionalnya. Sampai ada pepatah: mobil adalah anak kesayangan orang Jerman. Tentu saja bukan hal mudah, tapi untuk mencapai target iklim masyarakat Jerman harus rela lebih sedikit naik mobil dan menggantinya dengan sepeda.

"Perjalanan pribadi dengan kendaraan bermotor, maksudnya mobil, dan juga lahan parkir, harus dikurangi", kata Prof. Dr.-Ing. Martina Lohmeier, guru besar manajemen mobilitas dan lalu lintas sepeda di Darmstadt. Sejak awal 2021 dia menjadi anggota tim pakar di Kementerian Perhubungan Jerman, yang bertugas menyusun konsep tata kota agar makin banyak orang Jerman mau bersepeda.

Itu hanya bisa berfungsi, jika semua peserta lalu lintas jalan diajak berpartisipasi, kata Martina Lohmeier. Tentu saja selalu ada kiritik, jika perubahan ingin diterapkan, namun itu memang tak terhindarkan. "Harus jelas bahwa perubahan ini tidak mungkin ditunda, juga kalau tidak semua orang menyetujuinya."

Di Amsterdam, sepeda menguasai jalanan
Di Amsterdam, sepeda sudah lama menguasai jalananFoto: Daniel Kalker/picture alliance

Mengapa di Amsterdam bisa, di Jerman sulit?

Di Amsterdam, sepeda sudah sudah lama menguasai jalan-jalan.  "Sepeda di Belanda begitu populer, karena pemerintah Belanda 20, 25 tahun lalu memutuskan hal itu. Mereka ingin sepeda menjadi alat tranpsortasi penting dan melakukan segalanya, agar orang senang naik sepeda", kata Martina Lohmeier.

Sekarang, banyak kota lain melakukan hal yang sama, misalnya di Kopenhagen atau di Barcelona. Penduduk Barcelona sekarang menolak suara bising kendaraan dan polusi. "Di sana kebijakan mengurangi kendaraan di jalan dilakukan secara konsekuen 'Die Maßnahmen, den Autoverkehr zu reduzieren, werden dort konsequent durchgezogen'", lanjutnya.

Contoh lain adalah Kolumbia. Di ibu kotanya, Bogota, belum ada "budaya sepeda". Tapi banyak orang sekarang mulai bosan dengan kebisingan dan kemacetan lalu lintas. Mereka sekarang memikirkan juga untuk mengurangi lalu lintas mobil di dalam kota. Untuk itu dilakukan kampanye besar-besaran dengan berbagai macam acara, untuk mempromosikan penggunaan sepeda di dalam kota.

Perlu konsep menyeluruh

Untuk mengurangi kendaraan di jalan, perlu konsep menyeluruh untuk mobilitas, kata Monika Lohmeier. Misalnya memperbaiki sistem angkutan umum dengan bus atau alternatif lain. "Jadi yang penting menyediakan fasilitas, agar tidak semua orang atau semua keluarga harus membeli mobil pribadi."

Untuk menyediakan solusi mobilitas, perlu diketahui kebiasaan dan situasi hidup penduduknya. Berapa lama misalnya waktu yang mereka butuhkan untuk sampai di tempat kerja, kalau menggunakan transportasi umum? Apakah jaringan transportasi umum mencapai tempat kerja mereka, apakah mereka bisa mencapai halte bus dengan mudah, dan seterusnya.

Intinya, otoritas publik harus mampu menyediakan alternatif bagi masyarakat, sehingga mereka tidak perlu naik kendaraan sendiri untuk pergi ke tempat kerjanya. Untuk itu diperlukan penelitian dan perencanaan yang baik. Pemerintah Jerman sekarang menyediakan anggaran tambahan sekitar 1,5 miliar euro per tahun. Marina Lohmeier sekarang memimpin jurusan baru di universitasnya: Lalu Lintas Sepeda.

"Sejak jurusan Lalu Lintas Sepeda dibuka, kami sudah mendapat banyak permintaan. Banyak yang ingin tahu kapan lulusan pertama dari jurusan ini siap bekerja. Saya mendapat banyak surat lowongan pekerjaan yang ingin mendapat tenaga spesialis lulusan jurusan ini."

(hp/pkp)