1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Mantan Presiden AS Jimmy Carter Meninggal Dunia

30 Desember 2024

Saat menjadi presiden AS, Jimmy Carter menjadi penengah kesepakatan damai antara Israel dan Mesir yakni kesepakatan Camp David. Tiga dekade terakhir ia aktif memajukan demokrasi dan perdamaian internasional.

https://p.dw.com/p/4ogGp
Mantan Presiden AS Jimmy Carter
Mantan Presiden AS Jimmy Carter meninggal pada usia 100 tahunFoto: John Amis/REUTERS

Mantan Presiden AS Jimmy Carter, yang menjadi orang nomor satu di Gedung Putih dari tahun 1977 hingga 1981, menghembuskan napas terakhirnya pada hari Minggu (29/12), dalam usia100 tahun.

Carter meninggal "dengan tenang" di rumahnya di Plains, "dikelilingi oleh keluarganya," demikian ditulis The Carter Center dalam sebuah pernyataan.

Mantan pemimpin "Negeri Paman Sam" itu meninggal Minggu sore di rumahnya di Plains, Georgia, tempat ia dan istrinya, Rosalynn, menghabiskan sebagian besar hidup mereka. Ia telah dirawat di rumah sakit selama hampir dua tahun karena mengidap kanker.

"Ayah saya adalah pahlawan, tidak hanya bagi saya tetapi juga bagi semua orang yang percaya pada perdamaian, hak asasi manusia, dan cinta tanpa pamrih," ujar putranya, Chip Carter.

"Saudara laki-laki dan perempuan, dan saya serta semua orang di seluruh dunia berbagi keyakinan keyakinan yang sama. Dunia adalah keluarga kita karena ia telah menyatukan orang-orang, dan kami berterima kasih karena dapat menghormati kenangan akan dia dengan terus menjalankan keyakinan bersama ini."

Pemimpin dunia memuji warisan Carter

Para pemimpin dunia menyatakan duka cita dan memuji warisan yang ditinggalkan Carter. Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebutkan, AS kehilangan seorang pejuang gigih demokrasi. Dunia kehilangan tokoh besar medioator perdamaian di Timur Tengah dan untuk hak asasi manusia, ujar Scholz dalam pernyataan via X. 

Sementara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres memuji kontribusi signifikan Carter pada perdamaian internasional. "Carter memainkan peranan kunci dalam mediasi konflik, memonitor pemilihan umum, mempromosikan perdamaian serta dalam pencegahan eradikasi penyakit, yang tidak hanya membuah hadiah Nobel Perdamaian baginya, tapi juga membantu tugas-tugas PBB," ujar Guterres.

Juga pemerimtah Cina memuji kiprah Carter, sebagai "kekuatan pendorong" dalam hubungan resmi Cina dan AS lebih dari 40 tahun lalu. "Kontribusi bersejarah Carter menormalisasi dan membangun relasi AS dengan Cina, akan selalu dikenang oleh rakyat Cina," ujar Xie Feng duta besar Cina untuk AS lewat media sosial.

Presiden AS pertama yang hidup hingga usia 100 tahun

Carter hidup lebih lama setelah masa jabatannya daripada presiden AS lainnya. Masa jabatannya sebagian besar dikenang karena momen-momen bersejarah di Timur Tengah, termasuk menjadi perantara perjanjian Damai Camp David tahun 1978 antara Mesir dan Israel yang menghasilkan perjanjian damai bersejarah antara kedua negara pada tahun 1979.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Ia juga menjabat sebagai presiden ketika AS merundingkan pembebasan 52 staf yang ditahan di Kedutaan AS di Teheran, yang disandera setelah Revolusi Islam tahun 1979 selama 444 hari.

Saat ia berkampanye untuk pemilihan presiden AS tahun 1980, misi penyelamatan AS untuk para sandera gagal pada bulan April, dengan delapan warga Amerika meninggal. Ini terbukti menjadi titik balik dan sering dilihat sebagai alasan kritis atas kekalahan telaknya dari Ronald Reagan.

Para sandera dibebaskan beberapa menit setelah pelantikan Reagan pada tahun 1981.

Setelah gagal memenangkan masa jabatan kedua, Carter mendirikan The Carter Center pada tahun 1982, yang bertujuan untuk fokus pada penciptaan perdamaian internasional, memperjuangkan demokrasi, kesehatan masyarakat, dan hak asasi manusia.

Petani kacang yang jadi presiden

Carter adalah presiden AS pertama yang lahir di rumah sakit, pada tanggal 1 Oktober 1924, dari pasangan perawat dan pemilik toko kelontong. Setelah masa kecilnya diwarnai oleh Depresi Besar, ia masuk Akademi Angkatan Laut dan jatuh cinta dengan teman saudara perempuannya, Rosalynn Smith.

Carter menikah pada tahun 1946 dan keluarga itu hidup rukun selama 77 tahun, hingga Rosalynn meninggal pada bulan November 2023 di usia 96 tahun. 

Carter relatif tidak dikenal di luar Georgia ketika memperoleh nominasi Partai Demokrat, dan kemudian sukses meraih kursi kepresidenan, pada tahun 1976. Ia mempromosikan kebijakan yang cukup progresif selama masa jabatannya, yang juga dihantui oleh kelesuan ekonomi dan krisis penyanderaan Iran pada tahun 1980, tahun ketika ia kalah dalam pemilihan presiden keduanya dari Ronald Reagan.

Carter menjadi terkenal karena mendefinisikan konsep "pasca-kepresidenan." Bersama istrinya, ia bekerja untuk mempromosikan tujuan kemanusiaan di seluruh dunia dan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2002.

Warisan di luar masa jabatan presiden

Upaya diplomasi Carter yang berkelanjutan telah lama melampaui masa jabatannya di Gedung Putih. Ia pernah berkata, tidak lagi terbebani oleh perintah Washington, bahwa ia pergi "ke tempat yang tidak diinjak orang lain."

"Saya dapat mengatakan apa yang saya suka. Saya dapat bertemu dengan siapa pun yang saya inginkan. Saya dapat mengerjakan proyek yang menyenangkan saya dan menolak yang tidak menyenangkan," kata Carter.

Ia secara terbuka mengkritik mantan Presiden George W. Bush atas invasi Irak tahun 2003. Ia juga mengkritik pendekatan AS terhadap Israel dan pada tahun 2006 merilis buku: "Palestina: Damai Bukan Apartheid."

Carter juga berulang kali berpendapat bahwa Korea Utara harus diikutsertakan dalam urusan internasional, sebuah posisi yang telah lama bertentangan dengan garis politik resmi AS.

Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2002 yang diterimanya memahkotai apa yang disebut oleh komite sebagai "upaya tak kenal lelahnya untuk menemukan solusi damai bagi konflik internasional, untuk memajukan demokrasi dan hak asasi manusia, dan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial."

Ketua Komite Nobel bahkan berpendapat, penghargaan tersebut diberikan terlambat beberapa dekade, seraya menambahkan bahwa ia seharusnya memenangkannya bersama mantan Presiden Mesir Anwar Sadat dan mantan Perdana Menteri Israel Menachem Begin, yang keduanya memenangkan penghargaan tersebut pada tahun 1978 melalui Perjanjian Camp David yang dimediasi oleh Carter.

ap/as (AFP, AP, Reuters)