Mahkamah Konstitusi Perkuat Hak Adopsi Homoseksual
20 Februari 2013Ingmar Zöller ingin menjadi ayah. Selama ini hanya suaminya, Thomas Weller yang secara hukum dipandang sebagai ayah kedua anak, yang diurus sarjana ekonomi itu di rumahnya di Berlin. Selama ini pasangan homoseksual di Jerman tidak mungkin bersama-sama mengadopsi anak. Hanya anak kandung dari hubungan heteroseksual (pria dan perempuan-red) terdahulu, yang mungkin untuk diadopsi oleh partner baru dalam suatu hubungan homoseksual.
Namun apa yang disebut adopsi suksesif, dimana salah satu partner dalam hubungan homoseksual sebelumnya sudah mengadopsi anak, dan partner homoseksualnya menyusul ingin menjadi bagian orang tua adopsi dari anak itu, tidak diijinkan. Berbeda halnya dalam hubungan heteroseksual. "Itu benar-benar tidak adil,“ kata Zöller kepada DW. "Tapi dengan keputusan itu kini berarti saya akhirnya secara resmi, seperti yang sudah saya lakukan sebelumnya, ayah dari kedua anak saya.“
Jerman Masih Tetap Tertinggal
Apa yang dialami Ingmar Zöller dan Thomas Welter, selama ini juga terjadi pada pasangan-pasangan sejenis atau homoseksual yang lain. Karena itu dua perempuan lesbian dari Münster mengajukan masalah itu ke Mahkamah Konstitusi Jerman di Karlsruhe. Mahkamah tertinggi Jerman itu membenarkan hak keduanya. Selasa (19/2) hakim Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa larangan adopsi suksesif melanggar hak perlakuan yang sama.
Keputusan ini penting, karena ini memberikan sinyal bahwa partner dalam hubungan sama jenis, tidak didiskriminasi,“ demikian pembela hak keluarga Nina Dethloff kepada radio Saarland. "Terutama kini diakui, dimana mereka dapat menjadi orang tua yang baik, seperti partner pada hubungan berjenis kelamin berbeda.“
Di Eropa Jerman masih jauh ketinggalan. Di Belanda, Belgia, Spanyol, Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Islandia dan baru-baru ini di Perancis, diijinkan adopsi oleh pasangan sama jenis. Adopsi anak tiri, dimana pasangan homoseksual boleh mengadopsi anak kandung partnernya, saat ini mungkin dilakukan di Finlandia, Swiss dan Slowenia.
Pandangan dari Segi Psikologis
Pakar psikologi menilai, bahwa kehidupan dalam hubungan orang tua sama jenis tidak merugikan perkembangan anak laki-laki atau anak perempuan. "Anak-anak dapat hidup lebih baik pada orang tua homoseksual, daripada dalam kehidupan keluarga yang rusak pada orang tua heteroseksual.“
Demikian dikatakan terapis keluarga Gundula Femmer kepada Deutsche Welle. Marion Schwarz, ketua perhimpuan terapis anak dan remaja kepada stasiun WDR mengatakan, hubungan sosial yang dapat diandalkan antara anak dan orang tualah yang menentukan. "Jenis kelamin hanya berperan sekunder.“
Sebaliknya Perhimpunan Keluarga Jerman bernada kritis terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi. Adopsi suksesif mempengaruhi negatif kondisi anak. Anak-anak dari keluarga homoseksual didiskriminasi dan dikucilkan. Tapi psikoterapis Schwarz berpandangan lain, "anak-anak sudah hidup dalam kehidupan bersama ini.“ Ditambahkannya, "Mengapa tindakan adopsi kedua akan menjadi pengucilan, bagi saya ini tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan setiap dasar-dasar ilmiah.“ Terapis keluarga Femmer membenarkan hal itu. „Apakah salah satu atau kedua orang tua secara hukum bertanggung jawab untuk anak ini, tidak mengubah perkembangannya.“ Meskipun demikian penting, dimana kedua orang tua secara hukum juga bertanggung jawab untuk sang anak.
Menurut studi kementerian kehakiman Jerman tahun 2009, pada saat itu sekitar 16 ribu anak di Jerman hidup dalam apa yang disebut keluarga pelangi. Yakni punya dua ibu lesbian, atau dua ayah gay. Sementara berdasarkan data Badan Statistik Jerman tahun 2011 di Jerman ada 67 ribu pasangan homoseksual (sesama jenis) dengan atau tanpa surat nikah.