Lanjutkan Misi Walaupun Dikritik
7 Januari 2012Sebuah rejim, yang menutup diri dari dunia luar menarik perhatian dan kecurigaan. Apalagi setelah terjadinya peristiwa spektakuler, seperti serangan hari Jumat, 6 Januari lalu di Damaskus. Seorang warga Suriah mengatakan, mereka sudah punya banyak pengalaman dengan rejim. Warga sipil percaya, pemerintahlah yang ada di balik serangan, tapi mereka tidak dapat membuktikannya.
Pandangan pria dari Damaskus itu tidak berbeda jauh dari pandangan warga Homs. Salah satu dari mereka berujar dengan marah kepada pengamat Liga Arab, "Apa kalian melihat bagaimana mereka membagi-bagi roti? Itu cuma lelucon, mereka hanya melakukannya karena kalian datang. Dalam lima hari terakhir kami tidak punya makanan.“
Kecurigaan, Penipuan, Kecurangan
Pengamat dari Liga Arab berkali-kali harus mengalami, bagaimana warga Suriah yang punya harapan tinggi akhirnya kecewa, karena tidak banyak yang terjadi. Mereka merasa ditipu rejim, dan mereka yakin, pemerintah melakukan hal yang sama terhadap tim pengamat dari luar negeri. Kecurigaan, penipuan, kecurangan. Wartawan tidak diijinkan ikut dalam kelompok pengamat Liga Arab, walaupun pemerintah sebelumnya sudah setuju.
Kritik terhadap pengamat tidak kunjung reda. Mereka mengambil tindakan sangat sedikit bagi negara yang besarnya hanya setengah Jerman, yang sedang dilanda perang saudara. Mereka juga tidak mempersiapkan diri dan tidak membawa perlengkapan sendiri. Mereka tergantung pada logistik Suriah. Pakar Timur Tengah di Beirut, Joseph Kechechian memberikan komentar dengan marah. "Mereka bukan wisatawan. Mereka punya mandat dan harus meneliti, apakah dan bagaimana warga Suriah dibunuh.“
Misi Sukses
Namun demikian, kedatangan pengamat menambah giat aksi protes massal. Jadi Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil al Arabi, menganggap misi sejauh ini berjalan sukses, walaupun kritik kerap dilontarkan. Al Arabi mengatakan, militer, panser dan senjata berat sudah ditarik dari kota-kota. Pengamat dapat membawa bahan pangan bagi warga, dan mengangkut korban keluar. Ia menambahkan, memang masih terdengar tembakan, dan penembak tajam masih ada, tetapi ia berharap itu juga segera berakhir.
Bagi oposisi Suriah, baik yang bersenjata maupun yang tidak, perkataan seperti itu hanya diberikan untuk memperindah situasi sebenarnya. Mereka terutama melontarkan kritik terhadap kepala delegasi pengamat, Jenderal Mohammed al Dabi. Pejabat dinas rahasia Sudan itu menjadi orang dekat Presiden Omar al Bashir, yang dicari Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag akibat pelanggaran hak asasi manusia di Darfur. Menurut PBB, 300.000 orang menjadi korban kekerasan di daerah itu. Al Dabi dulu bertugas di Darfur, dan sekarang ia harus meneliti pelanggaran hak asasi manusia di Suriah.
Kualifikasi Kepala Misi
Aktivis hak asasi Joe Stark dari organisasi Human Rights Watch mengatakan, untuk kepentingan rejim Sudan, al Dabi dulu menyabot penelitian yang diadakan organisasi internasional. "Apa yang membuatnya punya kualifikasi untuk memimpin misi pengamat di Suriah?" Demikian Joe Stark. Al Dabi mengatakan, di Homs, salah satu daerah yang paling membara, ia tidak melihat sesuatu pun yang menyebabkan kekhawatiran. Al Dabi dipilih Presiden Suriah Bashar al Assad berdasarkan kompromi, setelah Suriah menolak kritikus dari Qatar atau Arab Saudi yang tadinya akan memimpin misi pengamat.
Kini Liga Arab akan meneruskan misi empat pekan tersebut. Organisasi itu kini mengakui kesalahan, dan tidak lagi berkeras, bahwa anggota tim harus sepenuhnya dari Arab. Itu juga diinginkan penentang rejim seperti Hazem Nahar. Menurutnya, "Liga Arab harus didukung peneliti dari PBB. Mereka mengerti masalah. Jika orang mengikuti pekerjaan pengamat Arab, terlihat jelas, bahwa mereka tidak punya pengalaman.“
Hari Minggu (08/01), Liga Arab mengadakan pertemuan untuk membicarakan neraca sementara. Tidak ada warga Suriah yang percaya, bahwa organisasi itu mampu mengadakan perubahan dalam konflik atau menyelesaikannya. Tujuan utamanya hanya untuk menjaga muka.
Ulrich Leidholdt / Marjory Linardy
Editor: Christa Foerster