Lamine Yamal, Pemain Termuda di Kejuaraan Euro 2024
17 Juni 2024Lamine Yamal memecahkan rekor semudah dia membongkar pertahanan lawan. Pada hari Sabtu (15/06), pemain berusia 16 tahun 338 hari ini resmi tercatat sebagai pemain termuda dalam sejarah kejuaraan sepak bola Piala Eropa atau Euro 2024.
Dia sudah menjadi pemain termuda yang bermain untuk Barcelona dan Spanyol. Pencetak gol termuda dalam sejarah La Liga, Piala Spanyol, dan tim nasional. Kata "ajaib" seolah tidak cukup menggambarkan pencapaiannya di usia semuda itu
"Bakat yang hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih," ujar sang pelatih, Luis de la Fuente. "Sepertinya dia telah tersentuh oleh tongkat sulap Tuhan. Sangat sedikit yang memiliki kualitas, kemampuan luar biasa. Mereka adalah pesepak bola istimewa. Mereka punya sentuhan yang membuatnya berbeda dari yang lain."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Umpan silang brilian oleh Yamal membuat Dani Carvajal mencetak gol ketiga untuk Spanyol di babak pertama yang dominan, setelah Alvaro Morata dan Fabian Ruiz mencetak dua gol pertama.
Itu adalah malam menyedihkan bagi Kroasia dan kapten mereka Luka Modric, yang melakukan debutnya empat tahun sebelum Yamal lahir. Performa tim Kroasia di pertandingan ini lebih buruk di babak kedua ketika Bruno Petkovic gagal mengeksekusi penalti dan kemudian upaya lanjutannya dianulir karena pelanggaran batas.
Yamal belajar dari jalanan
Yamal adalah lulusan Akademi La Masia yang terkenal di Barcelona, yang dibeli dari generasi yang memenangkan piala Euro untuk Spanyol secara berturut-turut pada tahun 2008 dan 2012, serta Piala Dunia 2010. Pemain seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Sergio Busquets, dan superstar Lionel Messi dari Argentina adalah jebolan Akademi La Masia.
Yamal punya kesadaran yang tinggi akan ruang, kecepatan Langkah dan pengambilan Keputusan. Ia juga adalah penggiring bola yang cepat, menarik, dan fokus. Dia mengaitkan keterampilan khusus itu dengan masa remajanya di Rocafona, yang berjarak 40 menit dari pantai Barcelona dengan populasi imigran yang besar.
"Ketika Anda belajar bermain sepak bola di jalanan, semua itu memberi Anda lebih banyak sumber daya,” kata Yamal kepada majalah Spanyol GQ. "Itu membuatmu lebih cerdik daripada seseorang yang dilatih di akademi."
Ini bisa jadi adalah sesuatu yang kurang dimiliki tim-tim Spanyol dalam beberapa tahun belakangan, dengan banyaknya pengumpan teknis yang sering kali kurang tajam.
Lebih cerdas daripada usianya
Seperti yang dicatat oleh pelatih nasionalnya dan mantan bos Barca, Xavi, mentalitas Yamal lebih maju dibandingkan tahun-tahunnya di lapangan.
"Dia hampir selalu membuat keputusan terbaik,” kata Xavi. "Itu hal tersulit dalam sepak bola. Dia luar biasa."
Meski demikian, Yamal masihl berusia 16 tahun dan masih bersekolah. "Saya membawa pekerjaan rumah saya ke sini karena saya berada di tahun keempat ESO (kualifikasi sekolah Spanyol)," ungkapnya menjelang pertandingan. "Saya juga ada kelas online dan semuanya masih berjalan lancar. Saya harap guru tidak marah kepada saya."
Skenario seperti ini pasti sudah tidak asing lagi bagi mereka yang mengikuti tim sepak bola Jerman dengan cermat. Florian Wirtz, yang mencetak gol pembuka turnamen pada hari Jumat, melewatkan pertandingan Liga Europa pada tahun 2020 guna mengikuti ujian sekolah ketika ia berusia 17 tahun.
Meski mengalami cedera parah, Witz tampaknya akan memaksimalkan potensinya. Demikian pula dengan dua pemain lain yang masuk dalam lima besar penampil termuda di Euro sebelum Yamal, yakni Jude Bellingham, dari Inggris, dan Jamal Musiala dari Jerman.
Peringatan dari Sanches
Namun menjadi superstar global saat masih remaja terbukti sulit untuk ditangani oleh beberapa pemain. Bintang terobosan Euro 2016, Renato Sanches dari Portugal, menjadi pemain termuda yang pernah bermain di final dan meraih impian pindah ke Bayern München. Namun gelandang tersebut kesulitan di Bundesliga dan gagal mencapai level yang sama sejak saat itu. Pada usia 26, ia melewatkan skuad Portugal untuk turnamen ini dan Piala Dunia terakhir.
"Kadang-kadang Anda mungkin berpikir Anda tidak merasakan tekanan dan merasa baik, tapi bukan itu masalahnya," Sanches bercerita tentang saat di Bayern München kepada media Prancis, Views.
"Jika Anda merasakan tertekan, Anda tidak bisa tampil. Saya paham pada saat itu betapa kebahagiaan memengaruhi level permainan saya. Kesehatan mental dalam sepak bola sangatlah rapuh karena yang hanya perlu satu permainan buruk untuk bisa membuat Anda kehilangan semangat."
Yamal kemungkinan juga masih akan mengalami titik terendah dengan titik tertingginya. De La Fuente mengatakan tantangan mental yang dihadapi anak remaja didikannya ini, kemungkinan akan lebih besar daripada tantangan fisik.
"Apa yang harus kita lakukan adalah menormalkan situasi dan mendukungnya," kata pelatih asal Spanyol itu. "Anda harus menjelaskan bahwa dia akan bertumbuh lebih besar dengan kerendahan hati. Dia perlu punya keseimbangan itu. Kita harus mendidiknya," ujarnya.
ae/hp