Keep Your Cup - Perang Lawan Sampah Kampus
23 Mei 2013Di Café Neun di dekat Universitas Leuphana di daerah Lüneburg, hampir di setiap meja berwarna coklat tua berdiri dua cangkir kopi. Satu dari porselen, satu dari kertas. Bagi sebagian besar mahasiswa, cangkir to go dari kertas biasanya jadi pilihan. Irmhild Brüggen, petugas urusan lingkungan di universtas itu tidak heran.
Di Jerman, menurut perkiraan, sekitar enam setengah milyar cangkir kertas dibuang per tahunnya, demikian Irmhild Brüggen. Di kampus itu saja, di masa kuliah setiap pekannya 3.000 cangkir semacam itu mendarat di tong sampah. Tetapi ada alternatif lain.
Brüggen menunjukkan cangkir plastik berwarna biru yang terbuat dari bahan yang bisa didaurulang dikembangkan para mahasiswa dari jurusan ilmu lingkungan hidup. Mahasiswa dapat membeli cangkir plastik yang disebut "Keep Cup" itu. Kemudian setiap kali membeli kopi mereka dapat menghemat 10 sen. Tetapi sampai sejauh ini penawaran itu belum diterima secara luas, dan itu disesalkan Brüggen yang mengepalai Café Neun.
Manajemen Sampah
Di bidang lain, pengurangan sampah lebih berhasil. Misalnya dalam hal mengeringkan tangan. Di tempat-tempat tertentu yang sangat banyak dikunjungi orang, misalnya perpustakaan, di toiletnya ditempatkan alat untuk mengeringkan tangan dengan cara mengeluarkan aliran udara dengan sangat cepat. "Dengan cara itu, tong untuk menampung 1.100 ton sampah bisa dipindahkan dari kampus," demikian Brüggen. Keperluan listrik untuk alat itu sangat sedikit, sehingga bisa menjadi alternatif.
Di ruang-ruang kuliah ditempatkan alat pengukur CO2, yang menunjukkan kadar karbon dioksida di udara. Karena oksigen sangat cepat terpakai, jika ruang kuliah ditempati banyak mahasiswa. Lampu pada alat itu bisa berubah dari hijau, menjadi oranye kemudian merah. Jika sudah berwarna merah, jendela harus dibuka hingga udara segar masuk.
Di salah satu dinding bangunan universitas terpampang layar yang menunjukkan berapa CO2 telah dihemat universitas itu. Dengan dua instalasi fotovoltaik di atapnya, universitas itu memproduksi sendiri listrik yang dibutuhkan. "Listrik tenaga matahari itu kami salurkan juga ke jaringan umum, dan untuk itu kami juga mendapat imbalan," kata Brüggen. Sejak awal 2012, universitas hanya menggunakan listrik hijau, dan tidak mengeluarkan CO2.
Demi Lingkungan dan Kesinambungan
Di Jerman, Irmhild Brüggen bukan satu-satunya petugas urusan lingkungan di universitas. Tetapi Universitas Leuphana yang hanya memiliki 10.000 mahasiswa dan bisa dibilang kecil menjadi universitas pertama Jerman, yang memutuskan sejumlah kebijakan bagi lingkungan dan kesinambungan, yaitu di tahun 2000. Di samping itu, fakultas khusus untuk lingkungan dan kesinambungan didirikan tahun 2010.
Upaya daur ulang bagi lingkungan juga dilakukan di bengkel sepeda. Mahasiswa yang datang dengan sepeda yang rusak mendapat bantuan dengan biaya sangat murah. Sementara suku cadang yang digunakan sudah bekas. Itulah yang membuat biaya murah, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.