290811 Japan Dreifachkatastrophe
9 September 2011Lebih dari 15.000 tewas dan 4.000 orang masih dinyatakan hilang. Itulah neraca bencana gempa di Jepang 11 Maret lalu, yang kemudian disusul gelombang tsunami hebat setinggi 30 meter. Jepang mengalami kerusakan dahsyat. Terutama di reaktor atom Fukushima.
Sekalipun Jepang sering dilanda gempa dan latihan menghadapi gempa bumi sudah biasa dilakukan, negara ini tidak cukup siap menghadapi bencana dalam skala sebesar ini. Terutama sistem pengamanan reaktor nuklir Fukushima ternyata tidak sanggup menghindari kebocoran radioaktif.
Penggulangan Bencana
Perdana menteri baru Jepang, Yoshihiko Noda, ketika mengunjungi lokasi bencana mengatakan pada para pekerja, "Jepang dan seluruh dunia berharap, agar situasinya bisa dikendalikan. Anda di sini adalah kunci dalam mengatasi krisis ini. Saya mohon, kerjalah semampunya."
Yoshihiko Noda menyampaikan terimakasih terutama kepada anggota militer Jepang yang dikerahkan menanggulangi bencana. Penduduk Jepang sangat menghargai pekerjaan mereka. Terutama upaya para penerbang helikopter yang berusaha mendinginkan reaktor Fukushima dengan operasi yang riskan dan kerja keras mereka di kawasan pantai yang hancur oleh tsunami.
Enam bulan setelah bencana, di beberapa kawasan perumahan puing-puing sudah dibersihkan. Namun masih banyak tempat yang terlihat kosong. Upaya pembangunan kembali memang berlangsung lambat. Fase perencanaan belum selesai, karena banyak hal yang belum diputuskan. Misalnya, kawasan mana saja yang boleh dibangun kembali.
Kehidupan Kembali Berjalan
Masih banyak penduduk Jepang yang mengalami trauma dan tidak dapat melupakan peristiwa mengerikan itu. Seorang guru perempuan di kota Rikuzentakata menceritakan, "Anak-anak memang tidak mengatakan apa-apa, tapi saya jelas merasa bahwa mereka cemas setelah evakuasi. Lambat laun semuanya tenang lagi dan mereka bisa hidup normal."
Anak-anak yang kembali ke Rikuzentakata harus naik bis melewati bagian kota yang hancur. Tapi di kelas, mereka menggambar laut tidak lagi sebagai sesuatu yang mengerikan. Seorang anak menuturkan, ”Dulu saya senang memancing dan mendapat banyak ikan. Saya mau melakukannya lagi.”
Di distrik Fukushima, 88.000 penduduk harus meninggalkan kampung halamannya karena bahaya radiasi. Mereka belum bisa pulang dalam waktu dekat. Pekerjaan membersihkan kawasan itu memang sulit dan sangat lambat. Tapi ada sedikit harapan. Misalnya dengan menanam bunga matahari.
Seorang ilmuwan menjelaskan, "Kita sekarang punya data-data, bahwa di mana bunga matahari ditanam, radioaktivitas turun 30 sampai 50 persen.”
Tapi ini tentu belum cukup. Rumah-rumah dan jalan-jalan masih harus dibersihkan. Perdana Menteri Yoshihiko Noda berjanji, ”Tanpa rehabilitasi distrik Fukushima, tidak akan ada Jepang yang dinamis. Karena itu saya datang ke sini untuk merasakan suasananya. Saya sudah melihat sendiri situasinya. Saya sadar, kita punya tanggung jawab berat."
Peter Kujath/Hendra Pasuhuk
Editor : Yuniman Farid