Eksekusi Per Kapita di Iran Meningkat Tajam
10 Desember 2012Situasi HAM di Iran memburuk dalam beberapa bulan terakhir, menurut sebuah laporan PBB. Memang kabar mengenai hukum gantung 10 individu bulan Oktober lalu di sebuah penjara di Teheran atas tuduhan penyelundupan obat-obatan terlarang memicu kritik dari berbagai penjuru dunia. Hukum gantung tersebut melanggar hukum internasional yang mendikte bahwa hukum gantung harus dibatasi pada 'kejahatan-kejahatan yang paling serius.' Ini jelas bukan kasusnya di Teheran. Juga timbul keraguan mengenai keadilan dalam sidang terhadap para terdakwa, ungkap laporan yang disusun Komisi HAM PBB (UNHCR).
Organisasi HAM Amnesty International menyebut rangkaian eksekusi itu sebagai 'pembunuhan massal oleh negara,' seraya mengangkat bahwa 344 orang telah dieksekusi di Iran sejak Maret lalu.
Eksekusi terbanyak per kapita
Koresponden khusus PBB Ahmad Shaheed mengkonfirmasi angka Amnesty dalam laporan terakhirnya mengenai Iran akhir Oktober lalu. Lebih dari 300 eksekusi dilancarkan sejak awal tahun 2012 menurutnya. Angka tersebut mencapai 670 pada tahun 2011, membawa Iran sebagai negara dengan eksekusi terbanyak per kapita di dunia.
Namun dari 670 eksekusi di tahun 2011, 249 diantaranya dilaksanakan di balik layar. Organisasi HAM khawatir bahwa eksekusi rahasia terhadap warga Iran termasuk proporsi yang cukup signifikan terhadap aktivis politik atau mereka yang tergabung dalam kelompok minoritas agama atau etnis.
Kalangan pengamat juga mencermati semakin meningkatnya jumlah eksekusi dalam hanya 2 bulan terakhir - yang tidak terbatas pada penyelundupan obat-obatan terlarang. Dalam periode 2 pekan, antara 30 hingga 80 warga Iran dieksekusi, ungkap koresponden khusus PBB Shaheed - mendasarkan perkiraannya pada informasi dari keluarga individu yang dieksekusi dan juga aktivis HAM di Iran.
Intimidasi terhadap rakyat dan oposisi
Shirin Ebadi, pemenang Nobel Perdamaian dari Iran yang telah hidup di pengasingan di Inggris sejak tahun 2009, memandang rangkaian eksekusi akhir-akhir ini sebagai upaya pemerintah Iran untuk mengintimidasi rakyat dan mencegah mereka berdemonstrasi secara politik. Rezim di Teheran juga ingin mengirimkan sinyal kepada oposisi bahwa mereka siap untuk menggunakan kekerasan dan kebrutalan, ujar Ebadi kepada Deutsche Welle.
Abdolkarim Lahiji, wakil presiden Federasi Internasional untuk Liga HAM, juga melihat meningkatnya angka eksekusi sebagai upaya intimidasi. Pengacara Iran itu yakin hanya pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei, yang berada di balik 'langkah tidak manusiawi ini.' Tanpa persetujuan Khomenei, kampanye semacam ini tidak mungkin terjadi.
Namun pengamat Iran lainnya menganggap langkah ini sebagai tanda melemahnya kekuasaan dan kepemimpinan Khomenei. Ia dapat membanggakan beberapa prestasi kepada rakyatnya, dan akibat sanksi internasional, ia dan negaranya tengah berada di masa sulit.
Masyarakat sipil menguat di bawah tekanan
Eksekusi akhir-akhir ini bukan hanya menjadi masalah yang mengundang kritik internasional. Supresi terhadap disiden politik, jurnalis dan aktivis HAM tetap menjadi agenda negara - atau bahkan meningkat, menurut koresponden khusus PBB Shaheed dalam laporan terbarunya.
Nasrin Sotoudeh, salah satu aktivis HAM ternama di Iran yang juga seorang pengacara, telah mendekam di penjara sejak Agustus 2010 atas tuduhan 'konspirasi melawan keamanan nasional.' Ia baru-baru ini mengakhiri mogok makan di penjara Evin di Teheran, setelah para pejabat Iran setuju memperlonggar hukuman terhadap keluarganya. Pada Oktober 2012, Sotoudeh diganjar Piagam Sakharov untuk Kebebasan Berpikir dari Parlemen Eropa, berbarengan dengan sutradara film Iran, Jafar Panahi.
Pada 15 Desember, kota Jerman Bochum juga akan menganugerahkan piagam HAM kepada 2 warga Iran: pengacara HAM Javid Hutan Kian dan aktivis hak pekerja Shahrokh Zamani. Keduanya saat ini tengah berada di balik jeruji penjara di Iran dan, menurut para aktivis HAM dan situs penghargaan Bochum, keduanya telah disiksa habis-habisan.
Tewasnya seorang blogger
Supresi media juga terus meningkat di Teheran. Salah satu dari banyak kasus adalah pembredelan surat kabar independen 'Sharg' setelah menerbitkan kartun yang mengkritik pemerintah. Sebagai tambahan, menurut laporan Shaheed, sekitar 40 jurnalis saat ini menginap di hotel prodeo.
Sesuatu yang baru bagi Iran adalah "polisi internet." Organisasi yang disebut FATA tersebut terus mengawasi blogger yang kritis dan 'tidak bermoral' sejak dibentuk tahun 2011. Blogger Sattar Beheshti, yang dijebloskan ke penjara pada 30 Oktober lalu, tewas 3 hari kemudian dalam tahanan unit polisi ini. Kasus ini mengundang perhatian elit politik di Iran sehingga berujung pada penyelidikan parlemen dan komisi investigasi. Kepala FATA dipecat dan sejumlah anggota polisi lainnya diskors.
Jaksa Agung mengakui Beheshti dipukuli selama ditahan - namun menurutnya ini bukan menjadi penyebab kematian.