Dunia Mengecam Mesir
29 April 2014Sebelumnya, pengadilan di provinsi sebelah selatan Minya, telah memicu kemarahan internasional setelah menjatuhkan hukuman mati kepada ratusan aktivis Islamis pada bulan lalu, di tengah perburuan atas para pendukung presiden terguling Mohamed Mursi.
Perburuan pemerintah dan militer kini telah diperluas ke para pembangkang dari haluan sekuler yang mendukung penggulingan Mursi tapi kemudian menentang rezim pemerintah yang dibentuk militer.
Amerika Serikat telah menyerukan kepada Mesir untuk membatalkan keputusan pengadilan tersebut.
“Putusan hari ini, seperti yang bulan lalu, bertentangan bahkan dengan standar paling dasar dari hukum internasional,“ demikian pernyataan Gedung Putih. “Vonis ini tidak sesuai dengan kewajiban Mesir di bawah hukum humanitarian internasional.“
Sekjen PBB Ban Ki-moon telah “memperingatkan“ soal hukuman mati tersebut dan menyampaikan kecemasan bahwa itu akan berdampak di kawasan, demikian menurut jurubicara sekjen PBB.
Tak penuhi standar internasional
“Keputusan itu kelihatannya jelas tidak memenuhi standar pengadilan yang paling dasar, khususnya mengenai pemberlakuan hukuman mati, yang cenderung merusak prospek untuk stabilitas jangka panjang,” kata Ban Ki-moon, melalui jurubicaranya Stephane Dujarric.
Pimpinan PBB itu berencana mendiskusikan lebih lanjut keprihatinannya dengan Menteri Luar Negeri Mesir Nabil Fahmy akhir pekan ini.
Pengadilan Minya, yang dipimpin oleh hakim Said Youssef Sabry, akan menjatuhkan vonis akhir pada 21 Juni mendatang. Namun, mereka telah membatalkan vonis atas 492 dari 529 orang yang sebelumnya dijatuhi hukuman mati pada Maret lalu, menjadi hukuman seumur hidup.
Sementara itu di Kairo, pengadilan lainnya memutuskan melarang gerakan pemuda 6 April yang mempelopori pemberontakan 2011 yang menjatuhkan orang kuat Husni Mubarak, menyusul tuduhan bahwa gerakan itu mencemarkan nama baik Mesir dan berkolusi dengan kekuatan asing.
Ban Ki-moon juga mengekspresikan keprihatinan atas keputusan tersebut dan pemenjaraan atas tiga “tokoh simbol“ pemberontakan 2011 termasuk dua pendiri gerakan pemuda tersebut.
Hukuman skala industri
Mereka yang dijatuhi hukuman mati pada Senin lalu dituduh terlibat dalam pembunuhan dan percobaan pembunuhan atas polisi di provinsi Minya pada 14 Agustus, ketika polisi membunuh ratusan orang pendukung Mursi selama bentrokan di Kairo. Salah satu terdakwa adalah pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohamed Badie.
Menlu Inggris William Hague telah menyerukan Mesir untuk meninjau ulang vonis tersebut, dan menyatakan bahwa keputusan itu ”merusak reputasi sistem peradilan Mesir.“
Amnesty International juga mengutuk keputusan tersebut.
“Peradilan Mesir berisiko hanya menjadi satu bagian dari mesin represi pemerintah, dengan mengeluarkan hukuman mati dan penjara seumur hidup dalam skala industri (besar-besaran),” kata Hassiba Hadj Sahraoui dari Amnesty International dalam pernyataannya.
ab/ml (afp,ap,rtr)