Ditemukan Strain Mutasi Virus Corona Lebih Cepat Menular
1 September 2020Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, membeberkan adanya temuan strain mutasi virus corona D614G di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium, strain mutasi ini diyakini jauh lebih cepat menginfeksi sel dan menular sepuluh kali lebih cepat. Disebutkan bahwa mutasi D614G ditemukan di kota-kota besar Indonesia antara lain Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.
Kepada DW Indonesia, Amin menjelaskan bahwa mutasi D614G pertama kali dideteksi pada bulan Mei lalu dari isolat yang diperoleh pada bulan April. “Mutasi terjadi secara random,” ungkapnya, saat dihubungi DW Indonesia, Senin (31/08).
Amin menyampaikan bahwa strain mutasi virus yang ditemukan di Indonesia serupa dengan yang dideteksi negara-negara lain, seperti Malaysia dan Filipina.
Namun, yang menjadi perhatian kini adalah, apakah mutasi D614G termasuk di dalam virus-virus yang WGS-nya (whole genom sequencing) telah dilaporkan ke GISAID atau tidak. Terkait hal ini, Amin menjelaskan bahwa mutasi D614G memiliki clade (turunan) yang berbeda dari yang sudah dilaporkan ke GISAID.
Virus corona COVID-19 disebutkan memiliki tujuh clade, di antaranya adalah S, V, L, G, GH, GR, dan O. Jenis virus corona yang telah diurutkan Eijkman sebelumnya "masuk dalam Clade L dan O."
“Dari 10 WGS pertama yang disubmit oleh LBM Eijkman ke GISAID, belum ditemukan mutasi ini," papar Amin.
"Mutasi D614G terdapat pada Clade G, GH, atau GR,“ sambungnya.
Tingkatkan kewaspadaan
Menanggapi adanya temuan ini, epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengimbau masyarakat agar lebih waspada, terlebih saat ini kasus baru di Indonesia terus mengalami peningkatan.
“Itu menunjukkan mutasi cepat, jadi ada potensi penularannya lebih cepat. Indonesia harus hati-hati, jangan-jangan peningkatan lebih banyak ini disebabkan karena strain baru,“ tutur Miko.
Kepala Departemen Epidemiologi Faklutas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI ini pun menyerukan agar pemerintah kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah-wilayah zona merah. Ia berpendapat pelonggaran PSBB yang saat ini dilakukan berpotensi meningkatkan laju penyebaran virus corona.
“Nah, harusnya pada saat merah diberlakukan PSBB, artinya pembatasan sosial yang berskala besar apakah areanya RW atau kelurahan. Jangan PSBB transisi, enggak jelas,“ tegas Miko.
“Tidak berefek karena pembatasan sosial sekaligus pelonggaran sosial. Dibuka macam-macam,“ sambungnya.
Perkembangan vaksin telah sampai 50 persen
Meski mutasi D614G ditemukan di Indonesia, Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengimbau masyarakat tidak perlu panik dan meyakinkan bahwa mutasi tidak berpengaruh kepada proses vaksinasi. Ia meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
“Mutasi ini belum terbukti terkait dengan keparahan penyakit, serta tidak mempengaruhi kinerja vaksin yang ditujukan kepada RBD (Receptor Binding Domain),“ jelasnya.
Amin pun menyampaikan saat ini LBM Eijkman terus melakukan pengembangan vaksin virus corona agar secepatnya bisa diproduksi dan diberikan kepada masyarakat Indonesia.
“Perkembangan vaksin sudah mencapai sekitar 50% dari seluruh rangkaian pengembangan bibit vaksin. Saat ini sudah masuk proses sistem ekspresi protein rekombinan,“ pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, kasus positif di Indonesia telah mencapai lebih dari 170 ribu kasus. Dari angka tersebut, sedikitnya 7.400 kasus meninggal dunia, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus kematian COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan nomor tiga di Asia setelah India dan Iran.
rap/gtp