Dinas rahasia Pakistan Dituduh Bekerjasama dengan Taliban
14 Juni 2010
Dinas Intelijen militer Pakistan, ISI, tidak hanya melatih dan mendanai anggota Taliban, melainkan memililki wakil di majelis kepemimpinan Taliban. Begitu disebutkan dalam laporan yang diterbitkan London School of Economics, LSE, Minggu (13/06). Laporan itu berkonklusi bahwa Pakistan memiliki pengaruh besar atas operasi kaum Taliban di Afghanistan dan dukungan yang diberikannya merupakan kebijakan resmi dinas intelijen Pakistan.
Adanya hubungan antara ISI dan Taliban sudah lama diduga, namun sampai kini belum terkumpul cukup bukti. Disebutkan, laporan dari London School of Economics itu berdasarkan penelitian yang dilakukan dari Februari hingga Mei 2010 terhadap sembilan orang pemimpin Taliban dan karenanya merupakan bukti paling kongkrit mengenai hubungan langsung antara ISI dengan Taliban.
Penulis laporan itu, Matt Waldman dari Universitas Harvard mengatakan, “Saya kira, dalam laporan itu kami berusaha menjelaskan bahwa hubungan tersebut jauh lebih luas daripada sekedar dukungan berkala. Dinas intelijen Pakistan, ISI memberikan dukungan yang sangat signifikan kepada Taliban. Kemudian yang juga ingin kami tunjukkan adalah bahwa ini merupakan kebijakan resmi ISI. Jadi menurut kami, selain sangat luas, pengaruh dan dukungan itu berlangsung di tingkat operasional dan strategis sampai pada tingkat kepemimpinan senior gerakan Taliban…."
Dalam laporan itu disebutkan, bahwa Presiden Pakistan Asif Ali Zardari bahkan mengunjungi sejumlah tahanan senior Taliban awal tahun 2010 ini di Pakistan dan menjanjikan bahwa mereka akan dibebaskan, dan ia akan memberi dukungan untuk operasi-militan Taliban.
Di Islamabad, juru bicara kantor Presiden Pakistan, Farah Ispahani, menyanggah tuduhan itu. Menurut Ispahani, ada upaya besar untuk merusak citra dialog strategis Pakistan dan Amerika Serikat yang baru. Kelompok militan merasa terdesak karena mereka tahu bahwa kami akan menjaring mereka di manapun mereka bersembunyi di wilayah Pakistan. Begitu ungkapnya.
Sementara itu juru bicara milter, Athar Abbas, menepis tudingan dalam laporan itu sebagai tak berbasis. "Bila Anda perhatikan laporan ini, maka akan terlihat bahwa tidak ada sumber yang kredibel atau otentik. Paling banter laporan ini hanya merupakan spekulasi yang menggunakan sumber-sumber tanpa nama. Jadi sebaiknya laporan diberikan penilaian yang sepatutnya,“ dikatkan Athar Abbas.
Abbas menegaskan, bahwa fokus militer Pakistan adalah kaum Taliban yang berada di Pakistan dan bukan Taliban Afghanistan yang berperang melawan pasukan NATO. Diingatkannya juga bahwa dalam perang melawan Taliban, militer Pakistan dan ISI juga telah mengalami kerugian besar, dengan banyaknya tentara Pakistan yang tewas.
Edith Koesoemawiria/rtr/afpe
Editor: Hendra Pasuhuk