Dengan Skateboard Menuju Masa Depan
28 Mei 2013Ratusan anak memandang dengan mata bersinar-sinar aula besar baru, half pipes dan sejumlah besar skateboard. Di kota Mazar i Sharif, di bagian utara Afghanistan, beberapa hari lalu dibuka tempat bermain skateboard terbesar. Organisasi non pemerintah "Skateistan" membangun tempat itu dengan dukungan Jerman. Tempat itu juga dilengkapi aula serta pusat belajar-mengajar. Proyek itu ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak dan remaja untuk mengembangkan rasa percaya diri, dan mengatasi perbedaan etnis dan sosial.
Minat Besar Warga
Di Afghanistan, tempat bermain skateboard pertama dibuka di ibukota Kabul tahun 2009. Minat atas tempat bermain di Mazar i Sharif sangat besar. Sebelum dibuka, satu hari saja 300 orang mendaftarkan diri. Di lahan baru itu, hingga seribu anak dan remaja antara umur lima dan tujuh belas tahun dapat memperoleh kursus skating dan olah raga, juga pendidikan lain. Misalnya program untuk mengintegrasikan kembali anak jalanan ke sekolah, dan kursus untuk memperbaiki kecakapan di berbagai bidang.
"Kursus bahasa juga sudah direncanakan, demikian halnya dengan informatika dan kursus agama," demikian dikatakan Zaher Aghbar, kepala Komite Olimpiade Nasional Afghanistan (ANOC). Internet yang ada di sana juga memungkinkan para remaja berhubungan dengan dunia luar. Yang penting juga, transpor, pelajaran dan perlengkapan bisa diperoleh secara gratis, ditambahkan Zaher.
Tujuan pusat olah raga bagi remaja itu adalah untuk mendorong kesehatan jiwa dan raga anak-anak serta remaja. Sehingga mereka tidak mudah jadi pecandu narkotika atau pelaku tindak kriminal, juga tidak terpengaruh Taliban. Demikian dijelaskan Atta Mohammad Noor, Gubernur Provinsi Balkh. Itu juga tujuan Oliver Percovich, pendiri dan kepala "Skateistan". 2007 ia mulai mengajar bermain skateboard di Afghanistan. Sekarang Skateistan dibiayai sumbangan dari berbagai negara. Pemberi dana terbesar adalah Departemen Luar Negeri Jerman.
Juga Menarik bagi Anak Perempuan
Percovich sejak awal melihat bahwa anak perempuan juga ingin diperbolehkan bermain skateboard. Ia kemudian menambah kursus skateboard dengan tawaran pendidikan lain. Sekarang hampir 40% murid Skateistan anak perempuan. Agar dapat terus menerima anak perempuan, Skateistan harus punya aula olah raga besar, juga kelas spesial untuk anak perempuan dengan guru perempuan. Banyak dari mereka merasa tidak nyaman berolahraga di muka umum, atau tidak diperbolehkan. Untuk mendapat kepercayaan orang tua, anggota staf skateistan secara teratur mengunjungi keluarga murid dan menjelaskan aktivitas mereka kepada ulama di daerah itu.
Tahun 2014, pasukan internasional akan ditarik dari Afghanistan. Masa depan proyek Skateistan belum jelas, kata Percovich. Keamanan bisa jadi masalah, juga kesediaan untuk menyumbang. Tetapi mereka bertekad berada di Afghanistan untuk jangka panjang, ditegaskan Percovich yang berasal dari Australia. Sekarang, ide skatepark sudah meluas. Skateistan bahkan mendukung organisasi di Kamboja yang mengadakan tempat seperti itu di Phnom Penh. Sebuah proyek serupa juga direncanakan akan berdiri di Pakistan.