Cina Pura-pura Maois
29 Agustus 2013Pengadilan yang mempermalukan politisi Cina Bo Xilai telah berakhir. Partai Komunis Cina (PKC) mencoba mengakhiri salah satu skandal politik terbesar yang pernah terjadi di negara itu. Saat Bo Xilai terkunci di balik jeruji besi, terpenjara pula ikon yang disebut “Kiri Baru”. Tapi warisannya mengenai politik neo-Maois akan tetap dihidupkan – yang ironisnya kini dilakukan oleh para lawan politiknya, yakni para elit PKC dan Presiden Xi Jinping.
Pakar Cina Sebastian Heilmann dari Universitas Trier melihat sesuatu yang baru dari cara PKC mempraktekkan metode dan agenda-agenda politik yang dibayangkan oleh seseorang yang kini menunggu vonis penjara karena tuduhan pelanggaran. “Bo Xilai dilihat secara terpisah dari agendanya.”
Para pakar politik telah menyaksikan sebuah tren retorika Maois dalam politik Cina. Willy Lam, seorang profesor di Chinese University of Hong Kong kini sedang menulis buku tentang Xi Jinping. Sejak Xi menjadi ketua partai November tahun lalu, ia telah mengambil pendekatan politik konservatif yang bisa disebut Maois.
Pemimpin baru Cina itu menggunakan warisan Mao dengan cara yang tidak pernah dilakukan elit lainnya sejak kematian “Ketua Besar” itu pada 1976. Xi mengunjungi makam Mao, bicara keras menentang menentang langkah untuk berdamai dengan berbagai kejahatan dan bencana politik akibat kebijakan Mao. Pada Juni, Xi memulai “Kampanye Koreksi” besar-besaran yang mengingatkan orang-orang pada Mao, yang bertujuan “membersihkan” partai dari pemborosan dan korupsi dalam waktu satu tahun.
Tujuh Tabu
Menurut Lam, pemimpin partai baru itu juga memperketat cengkramannya pada ideologi dan media. Wartawan Hong Kong merujuk pada konteks yang disebut Dokumen 9 – sebuah kertas kerja yang diedarkan partai yang secara khusus memperingatkan soal tujuh ancaman atas ideologi negara. Yang dimaksud adalah topik-topik yang tidak boleh didiskusikan di berbagai sekolah atau universitas. Diantaranya adalah topik hak asasi manusia, masyarakat madani, sistem keadilan independen, dan berbagai kesalahan partai pada masa lalu.
Sebastian Heilmann menganggap pergeseran menuju ideologi Maois ini digunakan untuk tujuan politik: ”Kepemimpinan partai ingin memenangkan dukungan diantara masyarakat kiri.”
Heilmann mengatakan kecenderungan kiri tidak bisa diabaikan di Cina; berbagai survei menemukan bahwa hingga “38 persen dari masyarakat Guangdong yang sedang booming ekonominya, condong berhaluan kiri.” Mereka juga “cenderung punya nostalgia atas Mao – ketika sampai pada soal keadilan sosial,” tambahnya. ”Itu adalah kekuatan besar yang tidak bisa diabaikan oleh para pemimpin Cina.”
Gelombang Penangkapan
Namun, itu tidak cuma berakhir dengan retorika. Pemerintahan yang dipimpin Xi telah memenjarakan sejumlah “pembangkang,“ termasuk para pemimpin yang disebut kelompok “Konstitusionalisme“ yang menyerukan kepada pemerintah untuk mematuhi prinsip-prinsip dan hukum yang tertera dalam konstitusi Cina.
Dan kampanye itu tidak berhenti di sana. Para aktivis hak sipil yang mendesak para pejabat partai untuk mengumumkan nilai kekayaan mereka juga mengalami persekusi. Xi telah membuat perang atas korupsi sebagai prioritas puncak, tapi terus mengandalkan aparatus partai untuk menjalankannya. Menurut Heilmann, inilah yang mencegah partai menemukan jalan keluar dari dilema bahwa “PKC pada dasarnya harus mengontrol diri sendiri.“
Permainan Ganda
Rencana terbaru pemerintah baru mengenai reformasi ekonomi kemungkinan akan diumumkan dalam rapat pleno ketiga Komite Sentral PKC, yang dijadwalkan berlangsung September. Para ahli percaya program itu akan memusatkan perhatian pada isu peningkatan konsumsi domestik, memberi lebih banyak kebebasan berwira usaha dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Tapi di atas semua itu, Heilmann mengharapkan lebih banyak dorongan bagi pengusaha kecil dan menengah. Ia menyebut perkembangan terbaru ini sebagai sebuah “permainan ganda”. Pada satu sisi, partai jelas berkomitmen pada reformasi ekonomi, kata dia. Pada sisi lainnya, bagaimanapun, mereka masih menggunakan retorika kiri untuk mengkonsolidasi kekuasaan.
Lam menjelaskan bahwa PKC telah menyeimbangkan dua aspek ini sejak lama: ”Sejak deng Xiaoping, ekonomi telah dipisahkan dari politik.”
”Ekonomi bisa dideregulasi sampai batas tertentu, memperbolehkan memperkenalkan kekuatan pasar. Tapi dalam arena politik dan ideologi, kontrol ketat masih diberlakukan dan pendapat yang berbeda tidak bisa ditoleransi.