Bom di Aleppo Dorong Protes atas Rusia
10 Februari 2012Dua pelaku bom bunuh diri meledakkan markas direktorat intelijen militer dan sebuah kompleks barak di Aleppo. Departemen Kesehatan Suriah mengumumkan 28 korban tewas dan 235 korban luka. Warga kota terpadat di Suriah tersebut terus menunjukkan dukungan bagi rezim Presiden Bashar al-Assad sejak kekerasan pecah 11 bulan lalu.
Televisi negara menyebut serangan bom sebagai bukti bahwa rezim menghadapi kelompok teroris. Sedangkan oposisi balik menuding pemerintah mendalangi ledakan untuk menodai citra pemberontak. Kepala pasukan pembangkang Free Syrian Army, Kolonel Riad al-Asaad, menampik pendukungnya berada di balik serangan. Serangan ini merupakan serangan bom yang ketiga di Suriah dalam kurun waktu 3 bulan. Dua ledakan di bulan Desember dan Januari menewaskan lebih dari 70 orang.
Geram terhadap Rusia
Beberapa jam setelah ledakan, ratusan pengunjuk rasa turun ke jalanan di wilayah permukiman Aleppo. Mereka mengecam veto Rusia di PBB pekan lalu dengan meneriakkan, "Jumat ini Rusia membunuh anak-anak kami." Militer Suriah langsung melepas tembakan ke arah kerumunan demonstran dan menewaskan sedikitnya 7 orang. Ribuan warga lainnya di berbagai penjuru Suriah turut mengutuk posisi Rusia.
Sementara wakil menteri luar negeri Rusia Sergei Ryabkov menuding sebuah negara Barat mempersenjatai dan memberi nasehat bagi pemberontak di Suriah. Meski Ryabkov tidak menyebut secara spesifik nama negara yang ia maksud. "Dewan Keamanan PBB bukan alat untuk intervensi urusan internal negara, dan tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan pemerintah mana yang akan berkuasa berikutnya di suatu negara," tegasnya.
Upaya di luar DK PBB
Menlu Turki Ahmet Davutoglu menyatakan negaranya tengah mencari cara di luar Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan kekerasan di Suriah. Davutoglu akan mengajukan cara tersebut dalam pertemuan dengan Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton hari Senin (13/2).
"Ada konsensus yang menyebut 'Musim Semi Arab.' Saya lebih memilih kebangkitan wilayah Arab. Kebangkitan adalah sebuah proses yang harus kami dukung karena tanpa perubahan semacam ini di wilayah kami, tidak akan ada stabilitas," ujar Davutoglu.
Menurutnya Assad telah kehilangan kredibilitas baik di dalam maupun di luar negeri. Jumlah desertir yang mencapai 40 ribu tentara menjadi salah satu bukti. Kini penting bagi dunia internasional untuk menyampaikan pesan kepada warga Suriah bahwa mereka tidak berperang sendirian.
Carissa Paramita/ap/dpa/rtr
Editor: Christa Saloh-Foerster