Bertugas di Rusia, Siapkah Serdadu Korut Terpapar Realita?
13 November 2024Keputusan Korea Utara mengirimkan serdadu untuk membantu Rusia dalam perang dengan Ukraina menegaskan kedekatan antara Pyongyang dengan Moskow. Meski demikian, keputusan itu juga berisiko karena akan mengekspos ribuan tentara Korea Utara pada kehidupan di luar negeri, yang berbeda dari situasi dalam negeri yang selama ini dipenuhi propaganda .
Meskipun jumlah pastinya sulit diverifikasi, intelijen Barat mengatakan lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke wilayah Kursk untuk mengamanan barisan belakang dan menangkal serangan Ukraina.
Meskipun bertugas di zona perang, para serdadu kemungkinan akan ikut menyaksikan kehidupan di kota-kota Rusia, selama perjalanan panjang dari perbatasan timur Rusia di Asia menuju Eropa. Mereka juga kemungkinan akan menerima makanan dan upah yang lebih baik ketimbang di tanah air.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Banyak dari tentara ini hanyalah anak-anak petani sederhana dari pedesaan, atau perwira muda yang akan melihat dunia di luar perbatasan Korea Utara untuk pertama kalinya. Itu tentu akan membuat mereka mengerti bahwa negara mereka terisolasi dan sangat miskin," kata Andrei Lankov, seorang profesor sejarah dan hubungan internasional kelahiran Rusia di Universitas Kookmin Seoul, kepada DW.
"Bahkan jika banyak dari apa yang mereka lihat berada di garis depan, desa-desa yang rusak akibat pertempuran, dan sebagainya, mereka tetap akan melihat pedesaan Rusia sebelum sampai di sana. Mereka pasti akan mulai bertanya pada diri sendiri mengapa negara mereka tidak sekaya Rusia."
Pulang sebagai 'pahlawan'
Para serdadu akan menyaksikan realita yang bertentangan dengan propaganda rezim di Pyongyang. Menurut pemerintah, Korea Utara adalah salah satu negara paling bahagia dan paling maju di dunia. Namun, analis meyakini para prajurit akan bersikap diam, bahkan kepada keluarga dan teman-teman mereka. Polisi rahasia Korea Utara dikenal lugas menemukan pembangkang dan mengendus pengkhianatan.
"Orang-orang ini tumbuh dengan mengetahui apa yang tidak dapat mereka katakan, dan mereka tidak akan menjadi pahlawan yang ingin bunuh diri dan berbicara tentang pengalaman mereka," kata Lankov. "Mereka juga akan mendapatkan manfaat dari aura sebagai pahlawan bangsa, dan Kim Jong Un akan memberi mereka penghargaan yang besar."
"Akan ada dampak pada para prajurit ini dari apa yang mereka lihat dan lakukan di Rusia, tetapi kita tidak dapat mengharapkan hal itu akan bermakna secara politis setidaknya selama beberapa dekade."
Perketat pengaruh asing
Sejak lama penguasa komunis Korea Utara menggencarkan kampanye dan propaganda yang mendewakan pencapaian rejim, antara lain dengan membangun tirai sensor yang ketat. Siapa pun yang kedapatan membawa film atau musik asing akan ditindak tegas. Adapun pakaian atau gaya rambut dari luar negeri juga dilarang, dan sering digunakan sebagai dalih untuk menangkap warga sipil.
"Namun, di Rusia, rejim di Pyongyang tidak akan dapat sepenuhnya melindungi tentara Korea Utara dari pengaruh luar," kata Dan Pinkston, seorang profesor hubungan internasional di kampus Seoul Universitas Troy.
"Ada laporan bahwa pasukan Korea Utara telah diterbangkan dari fasilitas pelatihan di Timur Jauh Rusia, dan mungkin mereka memutuskan untuk menerbangkan serdadu ini hanya karena tidak ingin mereka melihat kota-kota Rusia dari kereta api saat mereka melintasi negara itu," katanya kepada DW.
"Mereka akan segera menyadari keterbelakangan Korea Utara, meskipun saya bayangkan para perwira akan berusaha sebisa mungkin memisahkan para prajurit dari masyarakat umum untuk membatasi interaksi mereka."
Ketika kapten menjadi jenderal
Rezim Korut punya cara sendiri mengontrol orang-orang yang tiba dari luar negeri, termasuk mereka yang dikirim untuk bekerja di Rusia atau Cina. Seperti dalam kasus sebelumnya, serdadu yang kembali akan menjalani periode pendidikan ulang, sebelum mereka diizinkan kembali ke masyarakat Korea Utara.
Lankov, profesor Universitas Kookmin, setuju bahwa para prajurit yang kembali akan "diawasi secara ketat. Situasinya mungkin lebih sulit ketika mereka berada di Rusia, di mana mereka mengalami kondisi medan perang, tetapi mereka yang kembali akan menyadari bahwa jika mereka berbicara tentang apa yang mereka lihat, itu bisa berbahaya bagi mereka."
Namun, Lankov percaya bahwa pengalaman hidup di luar Korea Utara dan "kemakmuran yang nyata" dari negara-negara lain akan tertanam dalam diri mereka. "Tentu saja saya tidak berharap mereka akan segera memulai revolusi, tetapi kapten yang bertugas di Ukraina akan menjadi jenderal dalam beberapa tahun, dan mereka akan terus memiliki keraguan. Seiring berjalannya waktu, keraguan tentang sistem Korea Utara tersebut dapat menjadi sangat berarti."
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman