5 Hal Mengapa Selandia Baru Sukses Tangani Virus Corona
10 Juni 2020Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan dirinya sempat "melakukan tarian kecil" ketika menerima kabar bahwa pasien COVID-19 terakhir di Selandia Baru telah pulih.
Selandia Baru punya alasan yang bagus untuk merayakan keberhasilan ini. Negara itu menunjukkan salah satu respons paling efektif di dunia dalam menangani pandemi COVID-19.
Menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona di Universitas Johns Hopkins, Selandia Baru tercatat memiliki 1.504 kasus COVID-19 dan angka kematian yang terbilang rendah yakni 22 kematian.
Sebagai perbandingan, Republik Irlandia, negara pulau lain dengan populasi yang sama, memiliki lebih dari 25.000 kasus Covid-19 dan 1.679 kematian.
Jadi, bagaimana Selandia Baru dapat membangun salah satu strategi paling efektif untuk mengalahkan COVID-19?
Lockdown dini dan ketat
"Kita harus bekerja keras dan kita harus melakukannya lebih awal," adalah pesan yang disampaikan Perdana Menteri Jacinda Ardern.
Pada 15 Maret lalu, ketika Selandia Baru mencatat memiliki 100 kasus yang dikonfirmasi positif COVID-19 dan belum ada kematian, negara itu dengan cepat menutup perbatasannya untuk pelancong asing. Selandia Baru juga mengharuskan orang yang pulang ke negara itu untuk menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
Kemudian 10 hari setelahnya, Selandia Baru menerapkan penguncian (lockdown) secara penuh dan ketat, mengikuti standar internasional. Hanya toko kelontong, apotek, rumah sakit, dan pompa bensin yang diizinkan tetap buka. Sementara perjalanan kendaraan dibatasi, dan interaksi sosial hanya terbatas pada lingkup rumah tangga.
Pembatasan itu berlangsung lebih dari sebulan sebelum perlahan-lahan dilonggarkan lagi. Hingga berita ini diturunkan, semua pembatasan sosial dan ekonomi telah dicabut, dan hanya pembatasan perbatasan yang tetap diberlakukan.
Aturan lockdown sangat penting karena dapat "menekan penyebaran virus lebih awal dan memanfaatkan waktu berharga yang disia-siakan oleh negara lain," ujar Oksana Pyzik, rekan pengajar senior di Sekolah Farmasi University College London, kepada DW.
Aturan dikomunikasikan secara efektif
Sesaat sebelum lockdown ketat, pemerintah mengirim pesan teks darurat kepada penduduk, yang bertuliskan: "Ini adalah pesan untuk seluruh Selandia Baru. Kami bergantung pada Anda."
“Tempat Anda tinggal malam ini adalah tempat Anda harus tinggal mulai sekarang ... kemungkinan (tindakan terketat) akan tetap berlaku selama beberapa minggu."
Ketika situasi berkembang, Ardern paham dengan jelas pendekatan apa yang ingin diambilnya dalam pertarungan melawan COVID-19.
“Kita memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang belum dicapai negara lain: penghapusan virus," katanya kepada penduduk Selandia baru dalam sebuah briefing pada 16 April lalu.
"Pemerintah benar-benar pandai mengelola harapan masyarakat," kata seorang warga Selandia Baru dari ibu kota Wellington kepada CNBC.
"Kami diberi tahu bahwa butuh waktu dua minggu untuk melihat tanda-tanda bahwa lockdown itu akan berdampak pada angka-angka (kasus COVID-19). Ini membuat tujuan lockdown itu mudah dipahami dan diterima."
Pyzik juga meyakini bahwa pemerintah menyampaikan pesannya dengan benar. "Pesan yang konsisten tentang memprioritaskan kesehatan dan komunikasi yang intens serta konferensi pers harian langsung ke masyarakat - termasuk anak-anak - membantu mencapai penerimaan luas dari masyarakat."
Selandia Baru tingkatkan kapasitas pengujian
Pekan lalu, Ardern mengumumkan bahwa negara itu dapat memproses hingga 8.000 tes per hari. Ini berarti salah satu tingkat pengujian tertinggi per kapita di dunia. Secara total, Selandia Baru telah menguji hampir 295.000 orang -sekali lagi menunjukkan tingkat pengujian per kapita yang relatif tinggi.
Shaun Hendy, kepala Te Punaha Matatini, sebuah badan ilmiah yang memberi nasihat kepada pemerintah dalam merespon pandemic COVID-19, mengatakan kepada situs berita Axios bahwa lockdown ketat Selandia Baru, memudahkan pelacakan kontak terhadap orang yang berkontak dengan pasien terinfeksi COVID-19. Sehingga negara itu dapat lebih mudah melacak orang yang perlu diisolasi ketika kasus diidentifikasi.
Pyzik sepakat bahwa langkah itu efektif. "Mengikuti saran WHO tentang pengujian massal dan pelacakan kontak yang kuat adalah kunci untuk membatasi jumlah kematian," katanya kepada DW.
Letak geografis yang membawa keuntungan
Fakta bahwa Selandia Baru adalah pulau yang relatif terisolasi, telah sangat membantu negara itu merespons pandemi.
Selandia baru memiliki kontrol yang lebih besar terhadap siapa saja yang bisa masuk, jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki perbatasan darat yang lebih luas.
Selain itu, negara ini juga memiliki kepadatan populasi yang relatif rendah. Sehingga virus tidak dapat menyebar dengan mudah melalui penularan komunitas, karena lebih sedikit orang yang bertemu satu sama lain.
Pyzik berpendapat langkah-langkah yang tepat telah membuat Selandia Baru mampu menangani pandemi COVID-19.
"Sebagai negara pulau terpencil yang tidak banyak penduduknya, pengujian massal dan penutupan perbatasan untuk menghentikan penyebaran COVID-19 akan sulit untuk ditiru di tempat lain dengan tingkat keberhasilan yang sama," katanya.
Namun, bukan berarti langkah-langkah Selandia Baru tidak dapat digunakan sebagai patokan oleh negara lain. "Terlepas dari keuntungan populasi Selandia Baru yang kecil dan lokasi yang terpencil, pelajaran yang bisa dan harus dipelajari oleh negara-negara lain, adalah tentang pentingnya bergerak cepat," tambahnya.
Selandia Baru ikuti anjuran penanganan pandemi dengan benar
Pemerintah Selandia Baru mengikuti pedoman terbaik untuk menangani pandemi COVID-19.
"Landasan dari respon pandemi untuk setiap negara adalah harus menemukan, menguji, mengisolasi, dan memedulikan setiap kasus, dan untuk melacak dan mengkarantina setiap kontak," kata Pyzik.
"Itulah pertahanan terbaik setiap negara terhadap COVID-19 dan itulah bagaimana Selandia Baru berhasil mengatasi COVID-19."
Menghentikan penyebaran virus juga berarti bahwa negara itu dapat memulai pemulihan ekonominya lebih cepat. Ardern mengatakan ekonomi Selandia Baru akan berjalan hanya 3,8% di bawah normal.
"Kami sekarang memiliki awal yang menjanjikan dalam pemulihan ekonomi karena pada level awal kami menjadi salah satu ekonomi yang paling terbuka, jika bukan yang paling terbuka, di dunia," katanya.
Alex Matthews (pkp/as)