Dengan susah payah dan keluh kesah, negara pengguna mata uang Euro terus berupaya mengembalikan Yunani yang membelot, ke jalur yang dianggap tepat. Bagaimana hasilnya nanti masih tanda tanya besar. Dalam perundingan dan sengketa dengan PM Alexis Tsipras, zona Euro berulang kali memberikan tenggat waktu, yang terus diundur. Hingga tenggat terakhir, hari Minggu (12/7). Namun tak banyak yang merasa optimis, tenggat hari Minggu adalah yang terakhir, dan dalam beberapa hari bisa ditarik sebuah keputusan.
Hasil referendum Yunani yang secara fatal menolak program bantuan tahap kedua, akan diabaikan. Kini program bantuan baru tahap ketiga, dengan jumlah lebih besar akan diberikan. Tapi tentu saja hanya jika Yunani menyepakati persyaratan baru pula. Kriteria bagi program ini, jika dipandang lebih seksama, jauh lebih ketat dibanding syarat sebelumnya.
Ada sederet pertanyaan berikutnya. Apakah Tsipras yang berhaluan populis dan saat ini merasa "menang" bisa menerapkan persyaratan ini di negaranya? Apakah parlemen negara-negara pengguna mata uang Euro juga bersedia mengucurkan kredit berjumlah lebih besar bagi Yunani dalam dua tahun ke depan? Apakah negara donor bisa mempercayai PM Yunani yang bertindak tak bertanggung jawab dan bahkan memaki pemberi kredit sebagai pemeras itu?
Jawabannya harus terlihat hingga hari Minggu (12/7). Hingga saat penentuan itu, semua ibarat bekerja dengan memegang paku panas, yang menunjuk poin-poin penting program bantuan darurat tahap berikutnya bagi Yunani. Sebaliknya, Yunani juga harus mengajukan permohonan dan dokumen yang meyakinkan. Semua harus memeriksa dokumen itu dalam tempo cepat. Disamping itu, Komisi Uni Eropa harus menegaskan, bahwa stabilitas zona mata uang Euro dalam bahaya. Ini semua merupakan persyaratan agar dana talangan stabilitas Euro-ESM bisa diaktifkan.
Tapi sejauh ini Komisi Uni Eropa selalu menegaskan, krisis Yunani bukan ancaman bagi stabilitas mata uang Euro. Apakah tiba-tiba semua harus berubah drastis? Berbagai fakta dan andai-andai tersebut hanyalah menunjukkan, bahwa aksi untuk menyelamatkan Yunani tidak dikonstruksi secara kokoh. Peluang terakhir bagi Athena ini, memang disusun tergesa-gesa dalam beberapa hari di Berlin dan Paris.
Padahal, jika kedua belah pihak punya niat baik, program bantuan darurat yang dibutuhkan itu sudah bisa dirundingkan secara serius bulan April silam. Tapi Yunani ibaratnya malekukan salto ke belakang dan tidak tahu lagi arah ke mana melangkah, tanpa bantuan asing. Tegasnya pemerintah Yunani yang kepala batu lah, yang memprovokasi tekanan waktu yang tidak bertanggung jawab dan dengan itu mengarahkan negaranya ke jurang kebangkrutan.
PM Alexis Tsipras ibaratnya memaksakan digelarnya perundingan terakhir, dengan menyandera para pensiunan yang tak bisa menarik uangnya. Jika ia tidak tetap memanfaatkan peluang terakhir ini, maka grexit alias didepaknya Yunani dari zona Euro, tidak akan bisa dihindarkan lagi.