1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Truk Berhadapan dengan Komodo di 'Jurassic Park' Pulau Rinca

26 Oktober 2020

Foto komodo yang berhadap-hadapan dengan truk di Pulau Rinca, membuat warganet geram. Mereka khawatir habitat komodo terganggu akibat aktivitas proyek. Tagar #savekomodo pun menggema jadi trending topic Twitter.

https://p.dw.com/p/3kQqM
Komodo
Foto: picture-alliance/WILDLIFE/S. Muller

Pembangunan Taman Nasional Komodo untuk mendukung status destinasi superprioritas ini sudah dimulai di sana. Namun, pembangunan itu diprotes beberapa kalangan karena alat-alat berat masuk ke wilayah yang selama ini tidak pernah dimasuki kendaraan. Mereka khawatir ekosistem akan rusak dan membuat komodo perlahan-lahan musnah.

"ah yes, jurassic park but the animals are gonna be extinct, nice one indonesia #savekomodo," ujar seorang netizen.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) lewat Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekowisata (KSDAE) KLHK, Wiratno, mengatakan kepada detikcom bahwa di wilayah tersebut saat ini dilakukan pembangunan sarana prasana penunjang pariwisata.

"Terkait dengan foto yang tersebar di media sosial tersebut dapat dijelaskan bahwa kegiatan aktifitas pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator, dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian," kata Wiratno.

Aktivitas proyek pengaruhi perilaku komodo?

Pulau Rinca memiliki luas 20.000 hektare, sementara luas Lembah Loh Buaya adalah 500 hektare atau 2,5 persen dari luas Pulau Rinca. Estimasi populasi komodo di Pulai Rinca pada 2019 diperkirakan sebanyak 1.300 ekor, sementara populasi komodo di Lembah Loh Buaya sekitar 66 ekor.

Wiratno menyebut populasi komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil, dengan kecenderungan sedikit peningkatan di 5 tahun terakhir. Menurutnya, jumlah komodo yang sering berkeliaran di sekitar area pembangunan sarana dan prasarana di Loh Buaya diperkirakan kurang dari 15 ekor, dan komodo tersebut setiap pagi memiliki perilaku berjemur.

"Aktivitas pembangunan pariwisata selama ini sedikit mempengaruhi perilaku komodo, antara lain komodo lebih berani dan menghindari manusia, tetapi tidak mempengaruhi tingkat survivalnya/tingkat kebertahanan hidup (ardiantiono et al 2018). Hal ini dapat dibuktikan dengan tren populasi yang tetap stabil di lokasi wisata Loh Buaya tersebut," ujar Wiratno.

"Artinya, apabila dikontrol dengan baik dan meminimalisasi kontak satwa, maka aktivitas wisata pada kondisi saat ini dinilai tidak membahayakan populasi komodo area wisata tersebut," imbuhnya.

Lebih lanjut, Wiratno menyatakan pengunjung di Pulau Rinca selama masa pandemi COVID-19 ini berkisar 150 orang tiap bulan atau sekitar 10-15 orang per hari. Untuk mencegah dampak negatif dari pembangunan sarana dan prasarana di kawasan tersebut, kata Wiratno, dilaksanakan protokol pengawasan terhadap satwa komodo yang dilakukan oleh 5-10 ranger atau polisi hutan di Taman Nasional Komodo.

"Setiap dilakukan aktivitas pembangunan, ranger TN Komodo yang bertugas di Lembah Loh Buaya akan melakukan pemeriksaan keberadaan komodo, termasuk di kolong-kolong bangunan, bekas bangunan, dan di kolong truk pengangkut material," tuturnya. (Ed: pkp/rap)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

Komodo Vs Truk, #SaveKomodo Bergema di Medsos