310511 9/11 Muslime USA
Ruangan besar tanpa jendela di pusat pemerintahan Rockville, negara bagian Maryland. Dua lusin warga, lelaki dan perempuan, datang untuk berdiskusi dengan anggota parlemen tentang kontribusi komunitas Asia-Amerika. Samira Hussein, yang ikut dalam diskusi, mengatakan, "Saya mendukung komunitas lain, sama seperti mereka mendukung saya."
Kekerasan terhadap Umat Islam
Namun, pengakuan masyarakat yang dinikmati perempuan Palestina di Montgomery County itu diperoleh dengan kerja keras. Samira Hussein seorang Muslimah. Ia datang ke Amerika Serikat saat remaja tahun 1972, lalu menikah dan memperoleh 4 anak. Masalah dimulai ketika pecah Perang Teluk pertama.
"Mulanya mereka merusak mobil saya, mengempeskan ban, merusak pintu rumah, melempari rumah kami dengan sampah dan bangkai burung, mencabuti tanaman kami. Yang paling buruk, mereka memukuli anak-anak saya di sekolah, setiap hari, dan membuntuti mereka sepulang sekolah. Mereka menghina kami dan melakukan semua hal yang oleh banyak orang hanya bisa dibayangkan," diceritakan Samira Hussein.
Serangan teror 11 September 2001 memicu lebih banyak masalah. Tiba-tiba saja pekerja sosial itu juga didiskriminasi di tempat kerja. "Saya tidak berbuat kesalahan apapun. Saya warga negara yang patuh. Saya menjadi sukarelawan di sekolah, di lingkungan sekitar. Apapun yang terjadi, saya selalu berusaha berkontribusi sebagai tetangga yang baik. Tetapi, apakah karena saya berasal dari Palestina dan Muslimah, lantas saya dihukum? Itu tidak adil."
Samira Hussein menjawab seperti reaksinya yang sudah-sudah. Bahwa ia juga berkontribusi dalam dewan orang tua murid, di sekolah, di masyarakat. Ia menerangkan kepada murid-murid mengapa ia mengenakan kerudung. "Senjata saya adalah pendidikan. Saya ingin menginformasikan pada orang-orang. Dan paling baik dimulai dengan anak-anak. Karena jika seorang anak memahami budaya dan agama kami, maka orangtua mereka juga mengubah pandangannya."
Usahanya berbuah manis. Tahun 2002, pemerintah setempat memberi Samira Hussein penghargaan atas usahanya menentang intoleransi. Namanya juga tertera di bawah patung perunggu di aula pertemuan pusat pemerintahan Rockville.
Kontribusi Warga Minoritas
Tufail Ahmad lahir di India, tinggal di Pakistan dan pindah ke AS tahun 1973. Sementara ini, usaha kargo perkapalan miliknya dipimpin oleh putra-putranya. Sebagai sesepuh masyarakat, ia memutuskan aktif pasca serangan 11 September. Ia mengorganisir diskusi dan bantuan untuk kepentingan umum. Sejak 2001 kaum Muslim di Montgomery County mengumpulkan bahan pangan.
Ahmad sendiri tidak malu mendatangi supermarket dan meminta sumbangan yang kemudian disalurkan. Ribuan kilo bahan pangan dapat mereka kumpulkan setiap tahun. Mereka bahkan menyembelih sapi dan membagi-bagikan dagingnya kepada yang membutuhkan.
Tufail Ahmad mengatakan, "Kelompok minoritas menjadi mayoritas di lingkungan ini, tapi tidakkah mencolok mata bahwa semua pekerjaan yang menyangkut kepentingan umum di wilayah ini dikerjakan oleh warga kulit puith?"
Ahmad mengupayakan perubahan. Karena hanya dengan begitu Muslim dan minoritas lain di Amerika bisa berintegrasi, kata dia.
Pengakuan Masyarakat
Waled Hafiz berasal dari Suriah. Ia hidup di Jerman selama 20 tahun, dan sejak 10 tahun lalu bekerja di Amerika Serikat. Ia anggota Yayasan Muslim Montgomery County, organisasi Muslim yang didirikan untuk kesejahteraan umum. Ia menceritakan, "Warga di sekitar sini sudah mendapat informasi lebih baik. Jika sekarang Anda pergi ke Texas atau West-Virginia, mereka masih belum tahu di mana letak Suriah, di mana Yordania, dan siapa yang bertanggungjawab atas serangan 11 September 2001. Dan mereka memang tidak mau tahu."
Mimi Hassanein juga mengalami betapa warga di Montgomery County berpihak kepadanya. Perempuan 63 tahun itu memiliki tiga tempat penitipan anak. Secara keseluruhan, 450 anak dijaga oleh 75 pegawainya. Ia sempat kuatir serangan teror 11 September akan membuat para orangtua berubah pikiran. Nyatanya ia menerima dukungan yang sangat besar. "Mereka melihat saya tidak sebagai Muslimah, melainkan sebagai Mimi."
Ia datang dari Mesir 40 tahun silam dan sejak awal mencoba untuk berintegrasi, namun sekaligus menjaga identitasnya. Maka tak ada kegiatan membuat kostum Haloween untuk anak-anak di tempat penitipan miliknya, melainkan acara membuat baklava, kue manis khas Timur Tengah. "Makanan adalah bahasa dunia. Orang harus melihat apa yang menyatukan kita, dan bukan apa yang memisahkan kita."
Guled Kassim setuju. ia datang tahun 1985 pada usia 10 tahun dari Somalia ke Montgomery County dan baru saja dipilih sebagai ketua yayasan muslim dimana 300 sampai 400 anggota aktif dalam kegiatan-kegiatan bagi kepentingan umum.
Apa jawaban pria yang pernah bertugas di dinas militer Amerika Serikat itu terhadap pertanyaan apakah ia lebih merasa sebagai Muslim, atau sebagai orang Amerika? "Pertanyaan ini tidak akan Anda ajukan pada seorang Kristen. Ini pertanyaan jebakan. Saya keduanya. Generasi saya tidak punya masalah untuk mengatakan, saya orang Amerika dan Muslim, atau Muslim dan orang Amerika, mana yang lebih dulu, urutannya tidak berpengaruh."
Christina Bergmann/Renata Permadi
Editor: Yuniman Farid