Vaksin Malaria: Cukup 50 Persen Ampuh?
16 Oktober 2013Angka dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa malaria menginfeksi lebih dari 200 juta orang per tahun - mengakibatkan 700.000 kematian di seluruh dunia. Sekitar 90 persen kasus terjadi di Afrika Sub-Sahara.
Vaksin malaria RTS,S diharapkan dapat mengurangi laju kematian akibat malaria pada anak-anak hingga mencapai separuh.
Pusat riset medis di rumah sakit Albert Schweitzer di Lambaréné, Gabon, menjadi salah satu dari 11 pusat riset di Afrika yang tengah menyelesaikan tahap akhir uji coba klinis terhadap RTS,S.
Rumah sakit Albert Schweitzer terlihat seperti sebuah desa dengan paviliun-paviliun kuning di antara pepohonan yang merindangi lembah sungai Ogooué. Para peneliti tinggal dan bekerja di sini- dekat dengan para pasien.
Anak-anak dan ibu hamil paling sering menjadi korban malaria.
"Sekitar 600.000 anak meninggal dunia setiap tahun akibat malaria. Jadi secara teori, kami dapat menyelamatkan 300.000 anak, dan ini akan membawa konsekuensi sosial dan ekonomi. Memang tidak 100 persen efektif tapi sebuah langkah maju," kata Maxime Selidji Agnandji, seorang periset di Lambaréné.
Melawan malaria di 'kandang'
Ini kali pertama sebuah vaksin malaria melewati uji coba dalam skala begitu besar. Fase ketiga uji coba dimulai tahun 2009, melibatkan 16.000 anak-anak dari 7 negara Afrika Sub-Sahara - Gabon, Mozambik, Tanzania, Ghana, Kenya, Malawi, dan Burkina Faso.
Fase ketiga uji coba menjadi fase terakhir sebelum vaksin - atau obat baru - dapat diajukan untuk mendapat persetujuan.
Begitu disetujui, vaksin RTS,S dapat menjadi siap pakai pada awal tahun 2015.
Dibandingkan vaksin lainnya, keampuhan 50 persen RTS,S tergolong rendah. Dan saat diuji coba terhadap anak-anak berusia antara 6 hingga 12 bulan, vaksin ini bahkan hanya menunjukkan tingkat keampuhan 30 persen.
Keefektifan vaksin campak dan polio hampir mendekati 100 persen.
Namun periset mengatakan tingkat keberhasilan 50 persen melawan malaria sudah tergolong signifikan.
"Begitu banyak kasus malaria sehingga pengurangan sebesar 50 persen akan berdampak besar terhadap penyakit itu sendiri dan kesehatan anak-anak," ujar Bertrand Lell, direktur pusat riset. "Namun karena tidak 100 persen efektif, vaksin harus dilengkapi metode lain: kelambu yang dibaluri insektisida, dan diagnosa serta perawatan segera."