Ukraina, Moldova Resmi Berstatus Kandidat Anggota Uni Eropa
24 Juni 2022Para pemimpin Uni Eropa hari Kamis (23/6) di Brussel memutuskan untuk memberikan Ukraina dan Moldova status "kandidat resmi" untuk keanggotaan di Uni Eropa (UE). Presiden Dewan Eropa Charles Michel membuat pengumuman itu setelah pembahasan di antara para pemimpin dari 27 negara anggota Uni Eropa.
Uni Eropa telah mendukung Ukraina sejak Rusia melakukan invasi 24 Februari lalu dan menerapkan sanksi ekonomi luas terhadap Moskow. Hanya empat hari setelah Rusia melancarkan perangnya, Ukraina secara resmi mengajukan permohonan untuk menjadi anggota UE.
Negara-negara anggota pada awalnya terpecah tentang seberapa cepat Uni Eropa bisa menerima Ukraina sebagai anggota, dengan Belanda, Swedia dan Denmark di antara yang paling skeptis. Tapi tawaran kepada Ukraina mendapat dorongan minggu lalu setelah kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Mario Draghi dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bersama-sama berkunjung ke Kyiv dan mendukung keanggotaan Ukraina di Uni Eropa. bersama-sama. Komisi Eropa kemudian juga memberikan dukungan serupa.
Zelenskyy: "Momen unik dan bersejarah"
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik keputusan itu dan menyebutnya sebagai "momen unik dan bersejarah" dalam hubungan dengan Uni Eropa (UE). "Masa depan Ukraina ada di UE," tulisnya di Twitter.
(Tweet 1540038995178037249)
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengucapkan selamat kepada Ukraina dan Moldova. "Dewan Eropa menyambut dua negara kandidat baru untuk bergabung dengan UE," kata Scholz. "Ini untuk kerja sama yang baik dalam keluarga Eropa."
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, dia yakin bahwa Ukraina dan Moldova akan bergerak secepat mungkin untuk menerapkan reformasi yang diperlukan. "Saya sangat yakin bahwa keputusan yang kami ambil hari ini memperkuat kita semua," katanya.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan kepada kedua negara, keputusan ini "menandai langkah penting di jalan Anda menuju UE."
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan kepada DW, Uni Eropa sekarang punya waktu meyakinkan Ukraina dan Moldova untuk menerapkan reformasi yang diperlukan guna menjadi anggota resmi. Dia mengingatkan, jangan sampai "Ukraina dan Moldova tidak melakukan reformasi yang juga kita butuhkan. Menyingkirkan korupsi, juga menjadi negara hukum," sehingga menghambat proses menjadi anggotga resmi.
Presiden Moldova Maia Sandu di Twitter mengatakan, keputusan KTT Uni Eropa adalah "sinyal dukungan yang kuat untuk Moldova dan warga kami."
Makedonia Utara dan Albania masih menunggu
KTT Uni Eropa masih belum sepakat untuk meningkatkan status Makedonia Utara dan Albania, yang sejak lama mengajukan permohonan keanggotaan. Kedua negara diberi status kandidat resmi masing-masing pada 2005 dan 2014, namun perundingan keanggotaan saat ini terhenti.
Perdana Menteri Makedonia Utara Dimitar Kovacevski menyatakan kecewa karena kurangnya kemajuan dalam proses keanggotaan negaranya. "Apa yang telah terjadi merupakan pukulan serius bagi kredibilitas Uni Eropa," kata Kovacevski pada konferensi pers setelah KTT.
Kaselir Jerman Olaf Scholz berharap, proses keanggotaan bisa dipercepat. "Selama hampir 20 tahun, negara-negara dan warga Balkan Barat telah menunggu kesempatan untuk menjadi anggota Uni Eropa," kata Olaf Scholz menjelang KTT di Brussel. Dia menyebutkan bahwa Makedonia Utara bahkan telah berganti nama untuk melanjutkan aspirasinya bergabung dengan Uni Eropa.
Keputusan penerimaan anggota baru di Uni Eropa memang harus disetujui dengan suara bulat oleh semua negara anggota. Sebuah negara baru bisa resmi diterima menjadi anggota baru, jika tidak ada anggota Uni Eropa yang menyatakan keberatan.
hp/yf (dpa, afp, rtr)