Uji Klinis Pionir Gunakan Sel Punca
19 Juli 2013Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura menyetujui proposal dua lembaga penelitian yang berarti membolehkan mereka untuk memulai tes yang ditujukan bagi penanganan penyakit degenerasi makula (AMD) yang menyebabkan kebutaan bagi manusia lanjut usia dengan menggunakan sel iPS (induk pluripoten diinduksi). Sekitar 700.000 warga Jepang menderita penyakit AMD.
Kerjasama Dua Lembaga
Penelitian sel punca ini adalah bidang pionir yang mungkin bisa menyembuhkan kondisi yang saat ini tidak bisa ditangani dunia medis. Para ilmuwan berharap, uji klinis bagi penanganan AMD dapat memberi harapan baru bagi jutaan orang yang kehilangan daya penglihatannya.
Uji klinis akan dilakukan secara bersama oleh Riken Center for Developmental Biology dan Institute of Biomedical Research and Innovation (IBRI) di Kobe. Riken akan menggunakan sel punca dari sel kulit pasien. Uji klinik akan mencoba menciptakan sel retinal yang bisa ditransplantasi ke mata enam pasien yang menderita AMD, menggantikan bagian mata yang rusak. Transplantasi bisa dilakukan paling cepat pertengahan tahun depan di rumah sakit IBRI.
Tidak Kontroversial
Sel punca bisa dikembangkan menjadi beragam sel jaringan tubuh, seperti otot, syaraf, otak, jantung, atau sel-sel lainnya. Pakar kesehatan sejak lama tertarik untuk memanfaatkan sel punca untuk menghasilkan jaringan bagi transplantasi yang bisa menyembuhkan penyakit. Hingga penemuan sel iPS beberapa tahun yang lalu, satu-satunya cara memperoleh sel punca adalah dengan memperolehnya dari embrio manusia. Ini langkah yang dianggap kontroversial karena harus merusak embrio, proses yang ditentang oleh pihak pemuka agama yang konservatif.
Terobosan terjadi tahun 2006 oleh Shinya Yamanaka di Universitas Kyoto. Peraih penghargaan Nobel di bidang kedokteran tahun lalu ini sukses menghasilkan sel punca dari jaringan kulit manusia dewasa. Sama seperti sel punca embrionik, sel iPS juga mampu berkembang menjadi sel apapun di dalam tubuh.