40 Tahun Schengen dan Kembalinya Pemeriksaan di Perbatasan
17 Desember 2024Pada bulan Juni 2025, desa Schengen di barat daya negara kecil Uni Eropa, Luksemburg, akan berpesta meriah. Di sana lah pada tanggal 14 Juni 1985, pemerintah Belanda, Belgia, Luksemburg, Prancis dan Jerman menandatangani perjanjian pembukaan perbatasan tanpa pemeriksaan identitas.
Kesepakatan tersebut adalah cikal bakal dari apa yang dikenal sebagai Wilayah Schengen, dan sekarang mencakup 25 negara Uni Eropa, serta negara-negara non-UE seperti Norwegia, Swiss, Islandia, dan Liechtenstein.
Kebebasan bergerak yang dinikmati sebagian besar warga Eropa saat ini sering disebut oleh Komisi Eropa sebagai salah satu "permata” integrasi. Namun, permata itu kini perlahan mulai pudar dan kehilangan kilaunya.
Menteri Dalam Negeri Luksemburg, Leon Gloden, mengkritik negara-negara Schengen yang telah memberlakukan kembali pemeriksaan perbatasan sebagai respons terhadap gelombang migrasi dan permohonan suaka.
"Hal ini tidak dapat diterima oleh Luksemburg," kata Gloden pada pertemuan menteri dalam negeri Uni Eropa pada 12 Desember 2024. "Schengen adalah salah satu pencapaian terbesar Uni Eropa. Kita tidak dapat membiarkan perbatasan kembali tertanam dalam benak masyarakat."
Kontrol lebih ketat dari sebelumnya
Tahun 2024 mencatatkan pemeriksaan perbatasan internal yang lebih ketat daripada sebelumnya sejak Wilayah Schengen didirikan.
Jerman telah memberlakukan kembali pemeriksaan di semua perbatasan darat dengan sembilan negara tetangga. Langkah ini merupakan yang pertama kali diambil sejak Jerman menjadi anggota Schengen. Kontrol telah diberlakukan di sepanjang perbatasan selatan dengan Austria sejak 2015, untuk mencegah arus migrasi yang datang melalui rute Balkan.
Prancis juga memberlakukan kembali kontrol perbatasan pada tahun 2015, dengan alasan kekhawatiran terorisme, tetapi hanya memberlakukannya secara sporadis.
Sebagian besar negara yang melakukan pemeriksaan hanya fokus pada bagian perbatasan tertentu. Orang asing tanpa dokumen yang sah, atau mereka yang dikenai larangan masuk karena pelanggaran sebelumnya, ditolak di perbatasan internal.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Siapa pun yang mengajukan suaka di perbatasan akan diizinkan masuk sementara, dan kemudian dibawa ke pusat penerimaan utama. Hukum Uni Eropa tidak mengizinkan anggota untuk menolak semua pencari suaka.
Pada tanggal 9 Desember 2024, Belanda juga memberlakukan kontrol perbatasan bagi pelancong yang datang dari Jerman dan Belgia.
Pada waktu yang hampir bersamaan, para menteri dalam negeri Uni Eropa sepakat bahwa Rumania dan Bulgaria akan menjadi anggota penuh Wilayah Schengen pada tanggal 1 Januari 2025. Oleh karena itu, kontrol di perbatasan darat ke negara-negara anggota Uni Eropa bagian tenggara akan dihentikan. Kontrol bandara untuk penerbangan internal Uni Eropa dihapuskan tahun lalu.
Ketika pengecualian menjadi aturan
Parlemen dan Komisi Eropa berulang kali menekankan bahwa kontrol identitas sistematis di perbatasan internal Wilayah Schengen harus menjadi "pengecualian mutlak" dan hanya boleh digunakan sebagai "opsi terakhir."
Namun, setiap negara anggota dapat memberlakukan kontrol perbatasan hingga enam bulan, jika memberikan alasan yang sah kepada Komisi Eropa. Kontrol ini kemudian dapat diperpanjang hingga maksimal dua tahun atau, dalam kasus ekstrem, tiga tahun.
Setelah itu, alasan harus diubah. Hal ini sering kali membutuhkan kreativitas. Sejauh ini, Komisi Eropa belum memulai prosedur formal apa pun untuk pelanggaran Kode Perbatasan Schengen, namun beberapa negara telah memberlakukan kontrol selama 10 tahun.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengumumkan, kontrol komprehensif di semua perbatasan Jerman akan terus berlanjut tanpa batas waktu, hingga jumlah migran yang masuk turun ke tingkat yang tidak ditentukan.
"Selama jumlah migran di Jerman tetap tinggi, kontrol akan tetap diberlakukan," katanya. "Wilayah Schengen sangat penting bagi Jerman, tetapi perlu juga ada distribusi pengungsi yang lebih baik,” imbuhnyai merujuk pada prosedur suaka Uni Eropa, yang menurutnya pencari suaka dan pengungsi harus diterima oleh negara tempat mereka pertama kali memasuki Uni Eropa. Namun dalam praktiknya, ini tidak terjadi. Banyak migran melanjutkan perjalanan mereka dari Yunani, Italia, Kroasia, atau Spanyol ke negara-negara Uni Eropa utara seperti Jerman.
Apa imbas kontrol perbatasan?
Dampak sebenarnya dari kontrol perbatasan di Wilayah Schengen masih menjadi bahan perdebatan. Statistik dari kepolisian Jerman, yang mengerahkan sebanyak 11.000 petugas di perbatasan, menunjukkan puluhan ribu orang mencoba masuk tanpa izin, dengan sekitar setengahnya langsung ditolak di tempat. Setengah lainnya mengajukan suaka.
Statistik tersebut juga menunjukkan, sejumlah pedagang manusia telah ditangkap, dan ribuan surat perintah penangkapan yang beredar telah ditegakkan.
Namun, serikat polisi Jerman, GDP, memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya dari orang yang masuk secara ilegal dan orang yang ditolak jauh lebih rendah. Selain itu, seperti yang ditunjukkan oleh kepala serikat polisi, Andreas Rosskopf, kontrol hanya mungkin dilakukan di titik-titik tertentu di jalan utama. Bagaimanapun, Jerman memiliki perbatasan sepanjang 7.000 kilometer dengan banyak koneksi jalan dan rel kereta api ke negara-negara tetangga.
Polisi hanya memeriksa sebagian kecil orang yang memasuki negara tersebut dengan mobil atau kereta api. Mereka telah diberi instruksi yang jelas oleh Kementerian Dalam Negeri untuk membatasi diri pada pemeriksaan acak di tempat, untuk menghindari kemacetan lalu lintas yang parah.
Rosskopf mengatakan kepada jaringan berita Jerman RND bahwa bus jarak jauh yang datang dari Eropa selatan terkadang berhenti di Autobahn, tetapi banyak pengemudi bus sekarang sudah terbiasa dengan kemungkinan titik kontrol dan mengalihkan ke jalan yang lebih kecil.
'Rasa aman'
Komisaris baru Uni Eropa untuk urusan dalam negeri dan migrasi, Magnus Brunner dari Austria, juga bertanggung jawab atas Wilayah Schengen. Ia menyatakan pengertiannya atas maraknya kontrol perbatasan.
"Kita perlu meningkatkan keamanan di wilayah Eropa," katanya. "Tetapi kita harus mematuhi persyaratan hukum. Kita perlu bekerja untuk melindungi perbatasan eksternal dengan lebih baik, untuk memberi orang rasa bahwa kita memiliki kendali sekali lagi atas siapa yang masuk."
Sangat tidak pasti apakah ini akan terjadi sebelum peringatan 40 tahun perjanjian Schengen pada tahun 2025.
Meskipun demikian, Luksemburg masih berencana untuk merayakan "tempat lahirnya Eropa tanpa batas," sebagaimana Schengen suka menyebut dirinya sendiri, pada Juni tahun depan.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman