UE Desakkan "Koridor dan Jeda Kemanusiaan" di Jalur Gaza
27 Oktober 2023Kekhawatiran meningkat perihal meluasnya konflik di Timur Tengah. Peringatan Amerika Serikat terhadap Iran agar menjauhi eskalasi, dibarengi serangan terhadap sejumlah fasilitas di Suriah yang diklaim digunakan oleh Garda Revolusi dan pasukan proksi Iran lainnya.
Serangan bertubi-tubi Israel terhadap Jalur Gaza sejauh ini telah menewaskan lebih dari 7.000 orang, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan di bawah Hamas. Eskalasi dipicu serangan teror Hamas pada tanggal 7 Oktober silam. Insiden yang menewaskan 1.400 orang dan sebagian besar warga sipil Israel itu dicatat sebagai serangan paling mematikan sejak deklarasi kemerdekaan tahun 1946.
Kamis (26/10) malam, Uni Eropa menyerukan "akses bagi bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan, cepat, aman dan tanpa hambatan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan, melalui semua tindakan yang diperlukan termasuk koridor dan jeda untuk kebutuhan kemanusiaan”.
Saat ini, tercatat baru sekitar 74 truk berisi makanan, air dan obat-obatan yang diizinkan memasuki Gaza. Menurut PBB, kebutuhan di Gaza biasanya dipasok dengan 500 truk setiap hari. Israel menghentikan pasokan makanan, air dan listrik ke Gaza karena khawatir dapat digunakan oleh Hamas.
Akibatnya, sebanyak 12 dari 35 rumah sakit terpaksa ditutup. Badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA juga mengaku mulai "mengurangi operasinya secara signifikan.”
"Tanpa bahan bakar, tidak akan ada respons kemanusiaan, tidak ada bantuan yang menjangkau orang-orang yang membutuhkan, tidak ada listrik untuk rumah sakit, tidak ada akses air bersih dan tidak ada roti,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.
Simalakama warga sipil di Gaza
Pemerintah di Yerusalem Barat menuntut Hamas membebaskan 224 sandera asing dan Israel di Jalur Gaza demi membuka kembali pasokan, air, energi dan kebutuhan pokok. Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, mengatakan "hampir 50" orang sandera telah tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Hingga kini, baru empat orang sandera yang sudah dibebaskan Hamas dan pulang ke Israel.
Di Gaza, serangan sengit Israel membuat masyarakat "menghadapi pilihan yang mustahil," kata koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Lynne Hastings. "Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” imbuhnya.
Israel telah berulang kali mendesak warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan demi keselamatan. Tapi ironisnya, serangan juga menghantam wilayah selatan dan jalur evakuasi, kata Hastings.
Menurut PBB, sekitar 45 persen dari seluruh gedung perumahan di Gaza telah rusak atau hancur, dengan skala yang mencolok bahkan dalam citra satelit.
Rahma Saqallah termasuk yang mengindahkan peringatan Israel dan melarikan diri ke selatan bersama keluarganya. Namun setelah suami dan tiga anaknya tewas akibat serangan bóm Israel, dia kembali ke rumahnya di utara.
"Ke mana pun kami pergi, kami akan mati,” katanya kepada AFP, saat dia bersiap meninggalkan kota selatan Khan Yunis untuk kembali ke Kota Gaza bersama anaknya yang masih hidup.
"Mereka menyuruh kami pergi ke selatan dan kemudian mereka membunuh kami di sini.”
rzn/hp