Twitter Akan Tandai Cuitan yang Salah soal Vaksin COVID-19
2 Maret 2021Media sosial Twitter mengatakan pada hari Senin (01/03), akan memberi label peringatan terhadap cuitan yang memuat informasi menyesatkan tentang vaksin COVID-19 dan menerapkan kebijakan yang dapat membuat akun penggunanya diblokir secara permanen karena melakukan pelanggaran berulang.
Twitter merupakan salah satu jaringan media sosial yang sedari awal menjadi medium publikasi informasi kesehatan masyarakat sebelum COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi global. Mereka juga rajin menghapus konten yang terbukti salah atau menyesatkan tentang informasi virus corona yang dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif.
Sejak memperkenalkan panduan COVID-19 musim semi tahun lalu, Twitter mengatakan telah menghapus lebih dari 8.400 tweet dan memperingatkan sekitar 11,5 juta akun.
Dengan semakin banyak orang yang sekarang mencari informasi kesehatan masyarakat yang resmi tentang vaksin, di mana seluruh dunia tengah melaksanakan program vaksinasi, Twitter mengatakan akan meningkatkan kebijakannya.
Twitter berupaya jamin informasi terpercaya dan akurat
Katy Minshall, kepala kebijakan publik Twitter Inggris Raya, mengatakan perusahaan memainkan peran dalam memberikan informasi kesehatan masyarakat yang kredibel kepada masyarakat.
"Kami terus bekerja dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia - termasuk (layanan kesehatan Inggris) NHS - untuk memastikan akses visibilitas yang tinggi ke informasi kesehatan masyarakat yang tepercaya dan akurat dalam layanan kami, termasuk tentang vaksin COVID-19," katanya kepada Reuters.
"Hari ini kami akan mulai memberikan label ke cuitan yang mungkin berisi informasi menyesatkan tentang vaksin COVID-19, selain upaya berkelanjutan kami untuk menghapus informasi menyesatkan COVID-19 yang paling berbahaya dari layanan tersebut."
Minshall mengatakan pendekatan yang dibangun di atas pekerjaan yang ada untuk menjaga dari klaim palsu tentang keamanan dan efektivitas inokulasi.Vaksin menjadi agenda penting pemerintah di dunia untuk memerangi pandemi yang telah menyebabkan lebih dari 2,6 juta kematian hingga saat ini.
Namun, ada kekhawatiran bahwa ketidakpercayaan publik terhadap vaksin dapat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan program vaksinasi.
rap/hp (Reuters)