Turki Resah Akibat Suriah
28 April 2011Rakyat Suriah tidak sendirian, demikian seruan beberapa ratus demonstran di dekat lapangan Taksim di Istanbul. Di plakat-plakat mereka menuntut disudahinya pembantaian di Suriah dan pembubaran Partai Baath yang berkuasa di negara tetangga Turki itu. "Kami hadir di sini untuk mengecam teror yang dilancarkan pemerintah, yang dijalankan di bawah Presiden Bashar al Assad. Rakyat Suriah menentang dan ingin demokrasi."
Mesir, Libya dan kini Suriah. Rakyat Turki mengikuti dengan seksama perkembangan di negara-negara Arab. "Intifada Timur Tengah kini juga menyulut di Suriah. Rakyat ingin agar negara diperintah berdasarkan keinginannya," demikian diserukan demonstran.
Kami menyerukan pemerintah Turki, demikian diserukan demonstran itu lewat megafon, putuskan semua hubungan dengan para pembunuh itu. Tuntutan tersebut lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan. Hubungan Suriah-Turki sudah berkembang sangat baik, dan melibatkan uang, investasi serta sejumlah proyek bersama. Presiden Assad dan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdoğan berteman baik.
Perdana Menteri Jerman Terjepit
Erdoğan kini dalam keadaan terjepit. Hubungan baiknya dengan Damaskus selama ini tidak bermanfaat. "Kami sudah beberapa kali menyatakan, bahwa masalah di Suriah hanya dapat diselesaikan, jika pemimpin Suriah secara positif dan dengan jiwa reformasi menerima tuntutan rakyat, yang memang sesuai haknya."
Demonstran menuntut Presiden Bashar al Assad agar meninggalkan Suriah. Tetapi bagaimana sesudah itu? Banyak orang di Turki memikirkannya dan tidak punya jawaban. Wartawan terkenal Semih Idiz mengatakan, "Jika perang saudara terjadi di Suriah, Turki adalah negara tetangga yang akan paling banyak menanggung dampaknya. Bukan hanya karena masyarakat minoritas Kurdi yang tinggal di wilayah Turki dan Suriah. Perbatasan antar kedua negara sangat panjang dan sulit dikontrol, dan ada kemungkinan bahaya teror dan gelombang pengungsi."
Turki Menghadapi Sendirian
Awal tahun 90-an lalu, sekitar 150.000 pengungsi Kurdi berdatangan dari Irak ke Turki, dan Turki harus mengatasi bencana kemanusiaan ini tanpa bantuan dari negara manapun. Kecemasan pemerintah di Ankara berkaitan dengan negara tetangga di sebelah selatannya juga menunjukkan dilema politik pemerintahan Erdoğan, demikian dikatakan pakar politik Soli Özel. Turki kini terbentur pada keterbatasan politik luar negerinya.
Solil Özel menambahkan, "Turki menganggap diri kekuatan yang menjaga keteraturan di kawasan itu. Namun demikian, di Suriah sekarang timbul perkembangan yang tidak dapat dikontrol Turki. Dalam ketidakpastian ini, Turki berharap Assad mampu kembali mengontrol situasi, menenangkan oposisi dan mengintegrasikan mereka ke dalam sistem pemerintahan."
Bashar al Assad tidak mendengarkan tuntutan rakyat dan tidak mengikuti nasehat Reccep Tayyip Erdoğan. Ia hanya dapat memandang eskalasi kekerasan di Suriah dengan tidak berdaya. Inilah kenyataan dalam beberapa hari terakhir.
Reinhard Baumgarten / Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk