1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tunggak Tagihan, Pasokan Gas Ukraina Dikurangi

5 Maret 2008

Latar belakang konflik terbaru ini ditutup-tutupi. Naftogaz menyatakan sudah membayar semua tagihan, tapi hal itu disangkal Gazprom. Presiden Ukraina meminta untuk tidak mempolitisasi masalah gas saat ini.

https://p.dw.com/p/DJ3E
Pipa milik perusahaan minyak Rusia GazpromFoto: DW-TV
Warga sejumlah kota di Ukraina, misalnya di daerah Kirovagrad di dekat kota Odessa saat ini hidup dalam kedinginan di dalam rumahnya. Pasalnya, Rusia mengurangi pasokan gas hingga 50 persen, gas yang diperlukan warga Ukraina sebagai bahan bakar pemanas rumah mereka. Februari lalu, tampaknya pembicaraan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Viktor Yuschenko berjalan lancar. Tapi sekarang perusahaan gas Rusia Gazprom meminta Ukraina untuk membayar hutang pembayaran gas senilai 600 juta Dollar. Lebih lanjut dikatakan juru bicara Gazprom: “Karena perundingan dengan Ukraina mengalami kebuntuan, yaitu mengenai pembayaran di bulan Januari dan Februari, maka kami mengurangi pasokan gas, awalnya 25 persen dan kini 25 persen lagi. Namun pengiriman gas ke negara-negara Eropa lainnya tidak mengalami masalah.” Hingga saat ini masih belum terlihat dampak pengurangan pasokan gas tersebut terhadap negara-negara Eropa. Perdana Menteri Ukraina Yulia Timoschenko menjamin bahwa negaranya tidak akan mengganggu pasokan gas ke Eropa. Namun lain halnya dengan yang diungkapkan perusahaan gas Ukraina, Naftogaz. Katanya: "Kami tetap menangani pengiriman gas bagi konsumen Eropa. Tapi hanya sampai pada saat di mana jaminan energi Ukraina tidak terancam. Jika terancam, kami harus melakukan tindakan yang layak.” Latar belakang konflik terbaru ini ditutup-tutupi. Naftogaz menyatakan sudah membayar semua tagihan, tapi hal itu disangkal Gazprom. Menurut Naftogaz, Gazprom belum membayar biaya transit pengiriman gas ke Eropa yang melewati Ukraina. Sebaliknya Gazprom mengatakan bahwa mereka belum menerima tagihan dari Naftogaz. Pengurangan pasokan gas di Ukraina memicu konflik politik di negara itu. Presiden Ukraina Viktor Yuschenko menyebut kejadian tersebut sebagai sabotase. Yuschenko mengatakan dia dan Presiden Vladimir Putin sudah sepakat mengenai masalah gas waktu itu. Yunschenko meminta Perdana Menteri Timoschenko untuk tidak mempolitisasi masalah gas saat ini. Hubungan antara Presiden Yuschenko dan Perdana Menteri Timoschenko saat ini dapat dikatakan mendingin. Rabu (05/03), Perdana Menteri Yulia Timoschenko dalam rapat kabinet meminta Naftogaz untuk membayar semua rekening gas. Tapi masih belum jelas apakah tindakan itu dapat langsung menyelesaikan konflik.