010411 Japan Tepco
1 April 2011Operator PLTN Tokyo Electric Company TEPCO dan Badan Pengawas Keselamatan Reaktor Atom Jepang baru saja menyepakati perpanjangan operasi PLTN Fukushima untuk 10 tahun mendatang. Ini merupakan hasil yang tragis dari puluhan tahun nepotisme, di mana para politisi, pejabat pemerintah dan pimpinan perusahaan terus mengabaikan keamanan reaktor nuklir.
Martin Schulz, ekonom dari Fuji Research Institute di Tokyo, sebuah lembaga pusat pemikir swasta bagi industri Jepang, melontarkan kritiknya, "Pengawasan sendiri sejak beberapa tahun tidak berfungsi dengan baik. Terjadi banyak kecelakaan, banyak kasus gangguan. Tapi sistemnya tidak dipermasalahkan secara mendasar."
Perusahaan pemasok energi TEPCO telah menunjukkan kegagalannya sejak beberapa tahun lalu. Juga peringatan mengenai bahaya tsunami diabaikan begitu saja. TEPCO juga gagal menghadapi krisis setelah tsunami. "Terdapat kesalahan perencanaan, juga tidak ada jejaring dengan polisi dan militer. Pada akhirnya hal itu menyebabkan ketidak berdayaan dalam menghadapi situasi," dikatakan Martin Schulz.
Ratusan warga yang marah menggelar aksi demonstrasi di depan kantor pusat TEPCO di Tokyo. Karena direktur utama TEPCO dinyatakan sakit dan menghilang dari pandangan publik, permohonan maaf pertama, sekitar tiga pekan setelah bencana atom, disampaikan oleh presiden dewan komisaris Tsunehisa Katsumata, "Kami memohon maaf dari hati terdalam, bahwa kami menyebabkan rakyat marah dan banyak menderita."
Di masa depan, informasi dan pernyataan dari TEPCO akan disampaikan oleh pemerintah Jepang. Pemerintah juga mempertimbangkan mengambil alih mayoritas saham perusahaan ini. Dengan intervensinya dalam manajemen krisis, pemerintah sejauh ini kelihatannya mampu mencegah bencana atom lebih dahsyat.
Ekonom Martin Schulz menyebutkan, saat ini berbagai usaha mulai menunjukan hasilnya. Tapi di hari-hari pertama bencana, nyaris tidak ada manajemen yang berfungsi, tandas Schulz.
Walaupun terjadi bencana atom, namun Jepang dipastikan tidak akan menghentikan produksi energi atom. Yang dilakukan adalah penundaan pembangunan PLTN baru. Karena dalam waktu dekat ini, tidak akan ada kelompok warga yang menghendaki dibangunnya reaktor atom di dekat kawasan pemukiman mereka, kata Schulz lebih lanjut.
Gerakan anti pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang, relatif masih jarang. Dalam aksi demonstrasi, maksimal hanya 1000 orang yang turun ke jalanan. Juga tidak banyak yang percaya, setelah bencana Fukushima, Jepang akan segera menghentikan produksi listrik dari PLTN.
Nils Kkinkel/Agus Setiawan
Editor: Dyan Kostermans